Minggu, 30 April 2017

Hancur



Hancur
            Tema: Bukan Kita
Ciptaan : Lisna Cahyani

Perlahan, dengan keyakinan
Mulai kudekap embun yang kau sajikan
Berlalu dari duniaku lalu melebur dalam duniamu
Manis bahagia ini seolah membelenggu jiwaku
Seakan memenjarakanku dalam tawa
Hingga membawaku jauh, larut bersamamu
Dan menjadikan kau satu-satunya harapku
Mematri berjuta angan untuk berlayar bersamamu
Mengarungi bahtera cinta untuk selamanya

Waktu terus mengalir
Hingga suatu masa
Tak kusangka
Aku terdampar disudut skenario hidupmu
Dalam lemas aku terpejam
Pucat pasi bibir bergetar
Kuremas jari ini, kukepal menahan gelora jiwa

Semuanya terasa gulita!
Bunga mekar itu telah tertunduk layu
Manis itu, lembut dan kebahagiaan itu
Sirna tak berbekas
Seiring dengan goresan luka yang kau torehkan
Selaras dengan seluruh angan yang kau hancurkan
Menghempaskanku dalam alam gelap tak berbintang

Lenyap sudah hidupku, duniaku…
Hancur sudah harapku, keyakinanku….
Saat kau dekap ia, disini..
Kala aku tengah tertunduk disudut tak berwarna
Ketika aku belum membersihkan serpihan hatiku
Yang telah kau hancurkan tanpa pesan

Minggu, 23 April 2017

Hadirlah



Sebait demi sebait
Melodi putih itu mulai tersingkir
Menapaki hijaunya dedaunan
Tertitik pada ujung nirwana
Namun sayang..
Kau tak kunjung tiba
Hangatmu tak segera memelukku
Hatiku mulai cemas
Jika kau tak datang hari ini..
Bagaimana aku akan memulai hariku
Dengan apa aku akan tersenyum
Sedang, indahnya embun telah beranjak
Sejuknya benang salju telah pergi
Jangan menunda lagi untuk datang
Karena hari ini...
Akan ku ukir nuansa yang lebih indah
Dengan tirai-tirai bahagia
Kemarilah..
Datanglah...
Muncullah..
Mentariku...

Selamat pagi 😊🙏
Sajakku

Harusnya Aku

Arloji terus mengitari angka demi angka
Aku masih belum paham, bagaimana tentang tersenyum
Bagaimana aku, menenangkan nadi yang bergejolak ini
Yang menghentikan separuh nafasku
Kala pena telah tumpul kehilangan tintanya
Kertas pun tak memiliki ruas lagi untukku
Saat tiada yang dapat lagi ditumpahkan
Karena semuanya terasa telah lekat dengan angan

Kudengar...
Tidak hanya senja yang membisikkan
Tak hanya fajar yang menyampaikan dengan merdu
Bahkan malam dan benderangnya siangpun
Memberikan isyarat bahwa aku...
Aku harus segera merubah caraku tersenyum

Mengapa aku tidak bisa mempercayai nirwana
Mengapa aku tidak ingin meyakini bahwa sesuatu itu tidak mungkin sama
Mengapa masih tidak yakin bahwa pelangipun hadir setelah terjatuhnya air
Mengapa masih tidak dapat tersenyum oleh indahnya mega

Padahal, itu tidak perlu
Karena sebenarnya aku..
Hanya perlu tersenyum lalu menumpahkan seluruhnya padamu
Menguraikan ceritaku
Agar tenang hatiku
Lalu dapat tersenyum bersama kupu-kupu

Jumat, 14 April 2017

ujung jalan

Merengkuh...
Embun yang membalut nirwana gelap kala itu
Menggenggam..
Rintik salju yang tak kunjung mencair
Membeku...
Membangkitkan belenggu pilu

Kala itu...
Bintang pun seolah sendu
Memperhatikan betapa hinanya aku

Kala itu...
Mega seolah murka
Menatap betapa lalainya jiwa

Kemudian merasa seolah begitu suci
Berfikir seolah bersih tak berdebu
Senantiasa mendongakkan hati
Tanpa tersadar bahwa diri ini
Tidak lebih hanya tertunduk diujung jalan
Berlumur dosa, penuh noda
Dan bahkan tiada berisi

Sadarlah wahai hati
Inilah saatnya kau harus berdiri lalu berlari untuk berbenah diri!