nah, kawan-kawan. ada tambahan bacaan tentang karya ilmiah nih, kalau mau kasih saran juga boleh, sumbernya juga tertera di daftar pustakanya, selamat membaca..
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bagi kalangan akademisi, karya tulis ilmiah
akademik merupakan menu harian yang harus disantap sebagai pemenuhan kebutuhan
batin keingintahuan dalam rangka pengembangan wawasan. Menyusun karya ilmiah pada dasarnya cukup rumit,
namun, jika ditekuni dengan serius dan sepenuh hati, menyusun atau menulis
karya ilmiah bisa menjadi sebuah aktifitas yang sangat menyenangkan. Menulis
karya ilmiah melibatkan tiga unsur penting antara lain bahan bacaan, pola
berfikir dan penguasaan bahasa tulis. Menulis laporan penelitian karya
ilmiah acap kali menjadi masalah bagi seseorang yang sudah menyelesaikan
proposal penelitian ilmiah, atau bahkan sudah melaksanakan penelitian. Berbagai
alasan klise seperti kesibukan, sedikitnya waktu, tidak adanya biaya sering
menjadi kambing hitam atas ketidakberdayaan kita menyelesaikan laporan hasil
penelitian karya ilmiah. Walhasil, setelah berbulan-bulan penelitian ilmiah
dilaksanakan laporan hasilnya belum juga selesai. Banyak kasus, mahasiswa yang
sudah menyelesaikan Ujian Negara masih terkatung-katung karena belum
menyelesaikan skripsi atau tesisnya.
Keterampilan
menulis memang tidak bisa lahir dengan serta merta. Diperlukan kolaborasi
antara talenta manusia dengan wawasan kebahasaan. Talenta melahirkan
semangat menulis, dan wawasan kebahasaan menjadi bekal untuk terampil
menulis. Talenta saja tidak cukup, sebab sebagai sebuah skill, seperti halnya
naik sepeda, kegiatan menulis perlu dilatih atau diasah. Semakin sering
berlatih, maka kemampuan menulis akan semakin baik. Untuk sekedar naik sepeda,
hanya diperlukan waktu sekitar satu bulan, dan untuk menjadi seorang atlet
balap sepeda, diperlukan latihan bertahun-tahun.Sama halnya dengan belajar
menulis. Untuk sekedar bisa menulis, dibutuhkan waktu beberapa bulan saja,
tetapi untuk menjadi penulis yang handal, yang tulisan-tulisannya
ditunggu oleh para pembaca, tentu dibutuhkan waktu latihan yang lebih lama
lagi.
Seorang
yang hendak melakukan kegiatan menulis setidaknya harus menguasai empat
keterampilan berbahasa. Empat keterampilan berbahasa itu ialah mendengar,
berbicara, membaca dan menulis. Untuk sekedar mendengar atau menyimak, asalkan
telinga kita tidak bermasalah, siapapun bisa melakukannya. Namun, untuk menjadi
pendengar yang mampu memahami pembicaraan diperlukan kemampuan mendengar yang
baik, atau menguasai teknik mendengar. Sama halnya dalam kegiatan
berbicara, membaca dan menulis. Untuk menjadi pembicara, pembaca dan penulis
yang baik, maka ia harus menguasai teknik-tekniknya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan karangan ilmiah?
2.
Apa yang dimaksud dengan karya ilmiah?
3.
Apa sajakah azas-azas dalam karya ilmiah?
4.
Apa yang dimaksud dengan karya lmiah akademik?
5.
Bagaimana penyusunan karya
ilmiah?
C.
Tujuan
Adapun
tujuan daripembuatan makalah ini adalah :
1.
Memenuhi tugas yang diberikan oleh Ibu Sri
Andayaani,M.Pd.i selaku dosen pembimbing mata kuliah Bahasa Indonesia.
2.
Menambah wawasan tentang karya ilmiah akademik.
3.
Dapat membuat karya ilmiah dengan baik.
4.
Menambah pengetahuan penulis dan pembaca tentang karya
ilmiah.
BAB II
PEMBAHASAN
Karya
tulis ilmiah akademis merupakan wacana konteks disiplin ilmu dalam kemasan yang
sesuai dengan nuansa ilmiah. Maka, konteks tujuan, sasaran , dan pembacanya pun
relatif pasti kalangan terdidik. Kancah yang digeluti pun ke arah pengembangan
ilmu demi meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan manusia pada umumnya demi
meningkatkan harkat dan martabat yang erat kaitannya dengan tingkat
keberadaban. Memiliki kemampuan
menulis karya ilmiah dinilai sangat penting bagi pihak-pihak yang berkecimpung
dengan dunia akademik dan industri, seperti mahasiswa, guru, dosen, peneliti,
dan penemu. Kegiatan-kegiatan ilmiah atau akademis yang dilakukan oleh
pihak-pihak yang tersebut di atas, dilaporkan secara tertulis, terstruktur, dan
tentu memiliki ciri bisa dipertanggungjawabkan. Membahas karya tulis akademik
berarti berkaitan dengan arti karya ilmiah dan akdemik. Menurut kamus lengkap
bahasa indonesia, akademik berarti lembaga pendidikan tinggi untuk
mempersiapkan tenaga profesional. Dapat diartikan bahwa karya tulis akademik
adalah Pada pembahasan ini akan dibahas apakah yang dimaksud dengan karangan
ilmiah, karya ilmiah serta azas-azas dalam penulisan suatu karya ilmiah.
A.
Karangan Ilmiah
1.
Pengertian karangan ilmiah
Karangan
adalah hasil dari kegiatan mengarang. karangan merupakan suatu karya tulis yang
dihasilkan dari kegiatan mengungkapkan pemikiran dan menyampaikan melalui media
tulisan kepada orang lain untuk dipahami. Dalam kamus lengkap bahasa indonesia,
mengarang berarti menulis dan menyusun cerita, puisi buku dll. Sedangkan ilmiah
mengandung arti bersifat ilmu. Jadi karangan ilmiah berarti menuliskan atau
menyusun suatu tulisan yang bersifat ilmu.
Karangan
ilmiah atau dalam bahasa Inggris (scientific paper) adalah laporan
tertulis dan publikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang
telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika
keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Sedangkan
menurut Brotowidjoyo, karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang
menjadi fakta dan ditulis menurut metodologi yang baik dan benar.
2.
Jenis karangan ilmiah
Terdapat berbagai jenis karangan ilmiah,
antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel
jurnal yang pada dasarnya semua itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan.
Menurut John
Dewey ada 5 langkah pokok proses ilmiah, yaitu
1.
mengenali dan merumuskan masalah,
2.
menyusun kerangka berpikir dalam rangka penarikan
hipotesis,
3.
merumuskan
hipotesis atau dugaan hasil sementara,
4.
menguji hipotesis,
5.
menarik kesimpulan.
3.
Perbedaan antara
karangan ilmiah dengan karya ilmiah
Karangan
ilmiah sedikit berbeda dengan karya ilmiah. Karangan ilmiah ini bersifat subjektif (ada yang bersifat opini) dan belum
tentu terjadi karena masih ada yang fiktif. Meskipun menuliskan suatu tulisan
yang bersifat ilmu, namun karangan belum tentu didukung oleh teori yang
benar-benar ada.[1]
Sedangkan karya ilmiah bersifat objektif
dan nyata karena sudah didukung oleh tori yang ada.
B.
Mengenali Karya Ilmiah
1.
Pengertian Karya Ilmiah
Karya ilmiah adalah sebuah tulisan yang berisi tentang
serangkaian hasil pemikiran seseorang. Karya ilmiah biasanya diuraikan dalam
bentuk laporan tertulis yang isinya memaparkan hasil penelitian atau pengkajian
yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim sesuai ketentuan yang
berlaku. Karya ilmiah dapat juga berarti tulisan yang didasari oleh hasil
pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut
metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/keilmiahannya. Pernyataan ilmiah yang
harus kita gunakan dalam tulisan harus mencakup beberapa hal, yaitu :
1. Harus dapat
kita identifikasikan orang yang membuat pernyataan tersebut.
2. Harus dapat
kita identifikasikan media komunikasi ilmiah di mana pernyataan disampaikan
apakah dalam makalah, buku, seminar,
lokakarya dan sebagainya.
lokakarya dan sebagainya.
3. Harus dapat
diindentifikasikan lembaga yang menerbitkan publikasi ilmiah tersebut beserta
tempat domisili dan waktu penerbitan itu dilakukan. Sekiranya publikasi ilmiah
tersebut tidak diterbitkan maka harus disebutkan tempat, waktu dan lembaga yang
melakukan kegiatan tersebut.
Hal-hal yang harus ada dalam karya ilmiah antara lain:
1. Karya tulis ilmiah memuat gagasan ilmiah lewat pikiran dan alur pikiran.
2. Keindahan karya tulis ilmiah terletak pada bangun pikir dengan unsur unsur yang menyangganya.
1. Karya tulis ilmiah memuat gagasan ilmiah lewat pikiran dan alur pikiran.
2. Keindahan karya tulis ilmiah terletak pada bangun pikir dengan unsur unsur yang menyangganya.
3. Alur
pikir dituangkan dalam sistematika dan notasi.
4. Karya tulis ilmiah terdiri dari unsur-unsur: kata, angka, tabel, dan gambar, yang tersusun mendukung alur pikir yang teratur.
5. Karya tulis ilmiah harus mampu mengekspresikan asas-asas yang terkandung dalam hakikat ilmu dengan mengindahkan kaidah-kaidah kebahasaan.
6. Karya tulis ilmiah terdiri dari serangkaian narasi (penceritaan), eksposisi (paparan), deskripsi (lukisan) dan argumentasi (alasan).
4. Karya tulis ilmiah terdiri dari unsur-unsur: kata, angka, tabel, dan gambar, yang tersusun mendukung alur pikir yang teratur.
5. Karya tulis ilmiah harus mampu mengekspresikan asas-asas yang terkandung dalam hakikat ilmu dengan mengindahkan kaidah-kaidah kebahasaan.
6. Karya tulis ilmiah terdiri dari serangkaian narasi (penceritaan), eksposisi (paparan), deskripsi (lukisan) dan argumentasi (alasan).
2.
Syarat dan Jenis Karya Ilmiah
Yang dimaksud dengan tata tulis karya ilmiah
adalah cara menyusun tulisan tentang perencanaan, pelaksanaan, dan hasil suatu
kajian ilmiah. Cara menyusun tulisan tersebut meliputi penggunaan bahasa,
pengurutan materi tulisan, dan bagaimana cara naskah itu ditampilkan.
Perencanaan kegiatan maksudnya menentukan dan menyusun langkah-langkah yang
akan dilakukan beserta objek-objeknya, sedangkan pelaksanaan kegiatan itu
dilakukan tahap demi tahap, dan yang dimaksud dengan hasil kegiatan adalah
segala yang telah dicapai oleh kegiatan itu.
Pembahasan mengenai kegiatan ilmiah terdiri atas
tiga aspek berikut: materi kajian, cara
pengkajian, dan tujuan pengkajian. Materi pengkajian adalah segala fenomena
masalah yang ada dalam kehidupan, sedangkan cara pengkajian adalah metode yang
digunakan untuk mengenali segala yang ada dalam kehidupan itu. Tujuan
pengkajian adalah memprediksi dan atau mengendalikan berbagai fenomena dalam
kehidupan itu supaya bermanfaat bagi manusia. Dengan demikian, suatu kegiatan
dikatakan ilmiah bila kegiatan itu mengkaji berbagai fenomena dalam kehidupan
dengan menggunakan metode tertentu sehingga hasilnya dapat dipakai untuk
memprediksi atau mengontrol fenomena kehidupan itu.
Syarat dan Subjek Tulis Karya Ilmiah
1)
Menggunakan bahasa
tulis ilmiah;
2)
Mengangkat fenomena
yang terdapat dalam kehidupan;
3)
Menggunakan cara
pengkajian tertentu;
4)
Menemukan sesuatu
yang dapat dijadikan masukan untuk memprediksi atau mengontrol dalam kehidupan
dan,
5)
Menyajikan tulisan
itu dengan cara tertentu.
Pengkajian/pendekatan ilmiah dapat dilakukan
dengan dua cara: pengkajian secara rasional dan secara empiris. Pengkajian
secara rasional artinya data yang diperlukan untuk meneliti masalah itu diambil
dari berbagai literature. Sedangkan pengkajian secara empiris artinya data yang
diperlukan untuk meneliti masalah itu diambil dari kenyataan melalui teknik
survey, dan eksperimen. Survei dapat dilakukan dengan mengadakan wawancara,
angket, dan observasi. Eksperimen dapat dilakukan dengan mengadakan percobaan
di laboratorium atau lapangan. Observasi dapat dilakukan dengan partisipasi
melalui kerja praktik ditempat tertentu yang memberikan peluang untuk
mendapatkan data yang diperlukan. Hasil karya ilmiah selayaknya memberikan
solusi bagi masalah yang dihadapi oleh umat manusia.
Walaupun
menggunakan bahasa ilmiah, belum bisa diterima sebagai karya ilmiah yang formal
bila penyajiannya tidak menurut tata tulis yang telah disepakati oleh kalangan
akademisi. Karena konvensi tata tulis tersebut memerlukan uraian
yang terperinci, penjelasannya disajikan pada bab khusus.
3.
Ciri Bahasa Ilteks dalam Karya Ilmiah
Bahasa yang digunakan dalam menulis karya ilmiah
adalah bahasa ragam ilmiah. Bahasa ragam ilmiah berdasarkan penglompokan
menurut jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan. Sesuai dengan sifat keilmuan,
bahsa Indonesia ragam ilmiah harus memenuhi syarat diantaranya sesuai dengan
kaidah baku, logis, kuantitatif, denotatif, dan tepat.
Pada bahasa Indonesia ragam ilmiah, bahasa sebagai bentuk luar dan ide yang disampaikan melalui
bahasa itu sebagai bentuk dalam tidak dapat dipisahkan. Hal ini
terlihat pada ciri bahasa ilmiah yang disebut juga sebagai bahasa iptek. Ciri
itu sebagai berikut.
1)
Bahasa Baku
Ragam bahasa baku
adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar masyarakat
pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan penggunaan bahasa.
Ragam baku mempunyai sifat sebagai berikut.
(a)
Kemantapan Dinamis
Ragam bahasa baku
mempunyai kemantapan dinamis berupa kaidah dan aturan yang tetap berarti tidak
dapat berubah setiap saat. Kaidah pembentukan kata yang memunculkan bentuk perasa, petani, pesuruh, perumus, dan
sebagainya dengan tata asa harus dapat menghasilkan bentuk perajin, perusak, pesepak bola, bukan pengrajin, pengrusak, penyepak
bola, dan lain-lain.
Dipihak lain, kemantapan itu tidak kaku, tetapui
cukup luwes sehingga memungkinkan perubahan yang bersistem dan teratur dibidang
kosa kata dan peristilahan serta mengizinkan perkembangan berjenis ragam yang
diperlukan dalam kehidupan modern. Misalnya, dibidang peristilahan muncul
keperluan “untuk membedakan pelanggan orang
yang berlanggan(an)” dan langganan pihak yang tetap menjual barang kepada orang
lain; “hal menerima terbitan atau jasa atas pesanan secara teratur” Tokonya
disebut langganan dan orang yang berlangganan itu disebut pelanggan.
Struktur kalimat maupun pemilihan kata/istilah
harus sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Perhatikan contoh kalimat berikut!
Dikarenakan
kekurangan dana, modal, tenaga dan lain sebagainya maka projek itu kita
terpaksa serahkan kepada pengusaha asing. Pada kalimat diatas
terdapat kata dan struktur yang tidak baku yaitu dikarenakan, dan lain sebagainya, dan kita terpaksa serahkan. Kalimat
itu seharusnya sebagai berikut. Karena
kekurangan modal, tenaga, dan lain lain, pelaksanaan proyek itu terpaksa kita
serahkan kepada pengusaha asing.
b)
Cendekia
Ragam baku bersifat
cendikia karena ragam baku dipakai pada tempat dan situasi resmi. Perwujudannya
dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa lain yang lebih besar mengungkapkan
penalaran atau pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal. Proses
pencedikiaan bahasa itu sangat penting karena ilmu pengenalan ilmu dan
teknologi modern, yang kini umumnya masih bersumber pada bahasa asing harus
dapat dilangsungkan melalui buku bahasa Indonesia.
c)
Seragam
Ragam baku bersifat
seragam. Artinya, proses pembakuan adalah proses penyeragaman bahasa. Pembakuan
bahasa adalah pencarian titik-titik keseragaman. Pelayan pada pesawat terbang
dianjurkan untuk memakai istilah pramugara
dan pramugari. Andaikata ada orang yang
mengusulkan bahwa pelayan pesawat terbang disebut steward atau stewardes
dan penyerapan itu seragam, kata itu menjadi ragam baku. Pusat bahasa pernah
menganjurkan untuk menggunakan kata sangkil
dan mangkus sebagai pengganti kata efektifdan
efisien¸namun sampai sekarang pemakaian
bahasa tidak menggunakannya. Artinya kata itu tidak berterima oleh masyarakat.
2)
Logis
Orang yang senang menggunakan alat itu harus sering di servis supaya
tidak cepat rusak. Ide yang dikemukakan pada kalimat diatas tidak logis. Frase harus sering diservis mengacu pada kata
“orang” bukan pada kata “alat”. Dalam hal ini, orang tidak mungkin diservis.
Itulah sebabnya ide pada kalimat tersebut tidak logis. Perhatikan kalimat
berikut! Alat yang sering digunakan orang
itu harus diservis supaya tidak cepat rusak.
3)
Kuantitatif
Keterangan yang
dikemukakan dalam tulisan dapat diukur secara pasti. Perhatikan contoh kalimat
berikut! Untuk menanam pohon itu
diperlukan lubang yang cukup dalam. Frase yang cukup dalam tidak menujukan ukuran yang pasti. Perhatikan
kalimat berikut! Untuk menanam itu
diperlukan lubang dengan kedalaman satu meter.
4)
Tepat/Jelas
Ide yang diungkapkan
harus sesuai dengan ide yang dimaksedkan oleh penutur atau penulis dan
mengandung satu makna. Hal ini bergantung pada ketepatan memilih kata dan penyusunan
struktur kalimat sehingga kalimat yang digunakan efektif. Perhatikan contoh
kalimat berikut! Atap bangunan sudah itu dari sirap. Kalimat
diatas mengandung makna ganda. Frase yang
sudah rusak dapat mengacu pada kata atap juga mengacyu pada kata bangunan.Perhatikan
kalimat berikut!
a)
Atap-bangunan yang sudh rusak itu dari sirap
b)
Atap bangunan- yang sudah rusak itu dari sirap.
c)
Bangunan yang sudah rusak itu atapnya dari sirap.
5)
Denotatif
Kata yang digunakan
dipilih sesuai dengan arti sesungguhnya dan tidak melibatkan perasaan karena
sifat ilmu itu objektif. Kota-kota besar
tidak pernah tidur padat dengan pabrik-pabrik yang berjalan terus tanpa lelah.
Kata tidur, berjalan, dan lelah tidak menujukan arti yang
sebenarnya. Dalam bahasa ilmiah, ide pada kalimat diatas dapat diungkapkan
sebagai berikut. Di kota-kota besar,
kegiatan hidup tidak pernah berhenti baik siang maupun malam.
6)
Lugas
Ide atau gagasan
diungkapkan dengan kalimat pendek, tetapi padat isi (bernas) langsung menuju
sasaran, pemakaian kata sesuai dengan kebutuhan. Perhatikan contoh berikut!
Sebaiknya letak rumah
tidak dekat dengan rawa rawa dan sedapat mungkin letak rumah tidak dekat pula
dengan tempat ramai sebab bila dekat dengan tempat ramai kita tidak dapat
beristirahat dengan baik.
Kalimat diatas tidak
ringkas karena pada kalimat itu terdapat kata yang idenya dapat dinyatakan
dengan cara lain dan pengulasan frase yang tidak perlu. Ide diatas dapat
diungkapkan dengan kalimat yang lebih ringkas sebagai berikut! Sebaiknya letak rumah jauh dari rawa dan
dari tempat ramai agar penghuninya dapat beristirahat dengan baik.
7)
Runtun
Ide diungkapkan
secara teratur sesuai dengan urutan dan tingkatannya baik dalam kalimat maupun
dalam paragraf.
Pada masa kini kemampuan masyarakat untukmemiliki kendaraan semakin besar, seiring dengan majunya perotomotifan
yang mengeluarkan produk kendaraannya dengan berbagai model dan berbagai
kualitas, mereka dapat memperolehnya. Semakin majunya suatu produkkendaraan
makin banyak memberikan kemudahan untuk memeliharanya. Kenyataannya para
pemilik kendaraan tidak cukup memiliki keterampilan dan pengetahuan tentang
pemeliharaan kendaraan.
Paragraf diatas tidak
runtun. Kalimat kedua tidak runtun dengan kalimat pertama; demikian juga
kalimat ketiga dengan kedua. Setiap kalimat mengungkapkan ide pokok yang
berbeda. Ketidakruntunan ide yang diungkapkan pada paragraph itu terlihat juga
pada klausa akhir kalimat pertama. Klausa kalimat tersebut tidak runtun dengan
klausa sebelumnya.
Dalam pemilihan
kata/istilah terdapat ketidaktepatan memilih kata/istilah dan pemakaian bentuk
nonbaku. Penyimpangan/kesalahan terjadi karena berbagai hal berikut:
(1)
Pengaruh struktur
bahasa daerah dan dialek;
(2)
Pengaruh struktur
bahsa asing;
(3)
Mengandung makna
ganda;
(4)
Nirlogis;
(5)
Mengandung gejala
mubazir;
(6)
Ketidaklengkapan
unsure kalimat inti/nirlengkap;
(7)
Keracunan;
(8)
Kalimat terlalu
panjang.
4.
Bahasa Indonesia yang Benar dengan Baik
Bahasa yang baik
adalah bahasa yang efektif dalam menyampaikan suatu maksud. Bahasa yang baik
tidak selalu harus ragam baku. Keefektifan komunikasi lebih banyak ditentukan
oleh keserasian bahasa itu dengan situasinya (waktu, tempat, dan orang yang
diajak bicara). Bisa saja bahasa yang baik itu tidak benar kaidahnya.
Dalam struktur seperti: “Tadi telah dibilang oleh pemakalah bahwa masalah ini sangan kompleks”.
Secara tata bahasa, penempatan kata dibilang
benar, dan secara morfologis bentukan kata dibilang pun benar, tetapi tidak baik sebab dibilang merupakan kata tidak baku, sementara suasana tersebut
merupakan suasana yang resmi. Dengan demikian, bahasa yang benar dengan baik itu adalah bahasa yang sesuai dengan
kaidah dan situasi.
Pemakaian bahasa Indonesia yang baik, tetapi
tidak benar penggunaan bahasa Indonesia dalam karangan ilmiah seperti makalah,
skripsi, atau tesis dan desertasi juga pada sebuah buku, artikel masih dijumpai
kesalahan baik ejaan, morfologi, sintaksis, ataupun paragraf. Kesalahan pemakaian
bahasa Indonesia baku dalam karangan
ilmiah tersebut diantaranya dapat disebabkan terjadinya gejala interferensi
karena penulisan karangan ilmiah tersebut termasuk kelompok dwibahasawan atau
multibahasawan. Kesalahan pemakaian bahasa akan berakibat pada kesalahan
penafsiran dan pemahamaan gagasan yang dikemukakan dalam karangan ilmiah.
5.
Jenis Karya Tulis Ilmiah
Pembagian jenis karya tulis ilmiah dapat
dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan.
1.
Capaian Akademis
a)
Disertasi adalah
karya tulis ilmiah untuk mencapai gelar doctor (S3).
b)
Tesis adalah karya
tulis ilmiah untuk mencapai gelar magister (S2).
c)
Skripsi/Tugas Akhir
adalah karya tulis ilmiah untuk mencapai gelar sarjana (S1).
d)
Makalah adalah karya
tulis untuk memenuhi tugas mata kuliah tertentu.
Perbedaannya terletak
pada kekompleksan masalah, kecanggihan metode, dan kualitas penyelesaian
masalah.
2.
Forum yang digunakan
a)
Artikel ilmiah ialah
sejenis esai yang membahas suatu masalah berdasarkan logika, pustaka, atau
fakta untuk dimuat pada jurnal, majalah, surat kabar, dan internet.
b)
Makalah/paper/kertas
kerja adalah karya tulis yang membahas suatu masalah berdasarkan logika,
pustaka, atau fakta untuk disajikan pada seminar, symposium, lokakarya, dan
diskusi.
c)
Buku daras/buku
teks/buku ajar adalah kumpulan tulisan mengenai teori, dalil, hukum, atau
kaidah mengenai suatu disiplin ilmu untuk dijadikan acuan mata kuliah atau mata
pelajaran dalam proses belajar mengajar.
3.
Laporan Penelitian
Adalah suatau tulisan
tentang proses dan hasil penelitian untuk disebarluaskan kepada masyarakat atau
ilmuan. Ciri khas laporan penelitian antara lain menggunakan studi literature
dan berbagai metode pengumpulan data.
C.
Azas-azas Karya Ilmiah
a.
Kejelasan (clarity)
Karya ilmiah harus konkret dan jelas.
Kejelasan itu tidak saja berarti mudah dipahami, mudah dibaca, tetapi juga
harus tidak memberi ruang untuk disalahtafsirkan, tidak boleh bersifat
samar-samar, tidak boleh kabur, tidak boleh ada di wilayah abu-abu. (Bahasa
Jawa: keduh gambling wijang-wijang). Kejelasan di dalam karya ilmiah itu
ditopang oleh hal-hal berikiut:
1. Pemakaian bentuk, kebahasaan yang lebih
dikenal daripada bentuk kebahasaan yang masih harus dicari-cari dulu maknannya,
bahkan oleh penulisnya.
2. Pemakaian kata-kata yang pendek, ringkas,
tajam, lugas, daripada kata-kata yang berbelit, yang panjang, yang rancu, yang
boros.
3. Pemakaian kata-kata dalam bahasa sendiri
daripada kata-kata dalam bahasa asing.
Kata-kata asing dapat digunakan hanya kalau
memang istilah itu sangat teknis sifatnya sehingga tidak (belum) ada istilah
garing kata-kata yang pas dalam bahasa Indonesia. Jadi, jangan sampai
verbalistis.
b.
Ketepatan (accuracy)
Karya ilmiah menjunjung tinggi keakuratan.
Hasil penelitian ilmiah dan cara penyajian hasil penelitian itu haruslah tepat/akurat.
Supaya karya ilmiah sungguh-sungguh akurat, penulis/peneliti harus sangat
cermat, sangat teliti, tidak boleh sembrono, atau main-main dengan ilmu.
Dalam cara penyampaiannya, di dalam karya
ilmiah itu harus terwadahi butir-butir gagasan dengan kecocokan sepenuhnya
seperti yang dimaksud oleh peneliti/penulisnya. Kualifikasi demikian itulah
yang dimaksud dengan istilah efektif-sangkil.
c.
Keringkasan (brevity)
Karya ilmiah haruslah ringkas. Ringkas tidak
sama dengan pendek. Karya yang tebalnya 500 halaman dapat dikatakan ringkas
sejauh di dalamnya tidak terdapat bentuk-bentuk kebahasaan yang bertele-tele,
kalimat-kalimat yang bertumpukan (running-on sentences), dan sarat dengan
kemubaziran dan kerancuan. Jadi, karya ilmiah itu tidak boleh menghamburkan kata-kata,
tidak boleh mengulang-ulang ide yang telah diungkapkan, dan tidak berpura-pura
dala mengungkapkan maksud atau gagasan. Karya ilmiah harus dibangun dari ide
yang kaya dengan bahasa yang hemat dan sederhana. Jadi bukan sebaliknya, ide
yang miskin namun dengan bahasa yang berbunga-bunga.
Karya ilmiah harus ditulis dengan hati dan
diteliti kembali, dibenahi kembali, diedit kembali dengan pikiran. Jadi,
peganglah prinsip ‘writing with heart, editing with brain’ da dalam praktik
penulis karya ilmiah.
d.
Keobjektifan
Objektif adalah penggambaran sesuatu dengan
sebenar-benarnya sesuai dengan keadaan sesuai dengan keadaan atau kondisi dari
sesuatu tersebut. hasil dari objektif inilah yang kemudian disebut fakta. Tidak
ada penambahan tidak ada pengurangan, apa adanya.
e.
Kelogisan
Karya ilmiah memiliki azas kelogisan, ini
berarti suatu karya ilmiah adalah hasil dari sesuatu yang logis. Dapat di
buktikan secara nyata dan bukan sesuatu yang hanya ada dalam angan-angan
semata.
f.
Kepaduan dan kesatuan
Azas kepaduan dalam membuat karya ilmiah pun
diperlukan untuk menghasilkan karya ilmiah yang baik. Antara kalimat satu
dengan yang lain, paragraf satu dengan yang lain, bab yang satu dengan yang
lain berpadu dalam pembahasan yang padu. Misal dalam suatu karya ilmiah
membahas tentang “karya ilmiah” maka seluruh kalimat dan bahasan dala
bab-babnya mengandung kalimat yang bertujuan untuk menjelaskan hal-hal yang
berkaitan tentang karya ilmiah tersebut.
g.
Penekanan
Adanya penekanan terhadap apa yang akan
dibahas dalam karya tersebut. Misal karya ilmiah tersebut menekankan pembahasan
tentang “pembuatan susu kedelai” maka yang ditekankan adalah proses
pembuatannya. Sedangkan manfaat minum susu kedelai, efek dan lain-lainnya tidak
di tekankan.
D.
Penyusunan Karya Ilmiah
Menyusun karya tulis ilmiah merupakan proses
yang panjang mulai perancanaan , penelitian, penggarapan dan penulisan. Langkah
awal dalam perencanaan yaitu penentuan topik, judul, rumusan masalah , dan
tujuan. Langkah berikutnya adalah penyusunan kerangka isi yang mengacu pada
kerangka organisasi. Syarat topik adalah problematis, terbatas, serta menarik,
penting, faktual dan aktual. Penyusunan kerangka isi melalui tiga tahap yaitu
curah ide, dan pengelompokan ide. Kerangka organisasi karya tulis adalah bab
pendahuluan, deskripsi masalah, pembahasan, serta simpulan dan saran. Semua itu
adalah komponen utama (bagian isi). Komponen ini diletakkan setelah komponen
pelengkap awal (judul, prakata, kata pengantar, sari, daftar isi, daftar tabel,
dll. Pada bagian akhir, terdapat komponen pelengkap akhir (penyudah) yang
terdiri atas pustaka, lampiran, indeks dan riwayat hidup penulis.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Karya tulis ilmiah akademis merupakan wacana konteks
disiplin ilmu dalam kemasan yang sesuai dengan nuansa ilmiah yang isinya memaparkan hasil penelitian atau
pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim sesuai ketentuan
yang berlaku. Karangan merupakan suatu karya tulis yang dihasilkan dari
kegiatan mengungkapkan pemikiran dan menyampaikan melalui media tulisan kepada
orang lain untuk dipahami. Karya ilmiah adalah
sebuah tulisan yang berisi tentang serangkaian hasil pemikiran seseorang. Agar
dapat membuat dan menyelesaikan suatu karya tulis ilmiah yang baik, maka
seorang pembuat karya tulis(akademisi) harus memperhatikan azas-azas dalam
penulisan karya tulis ilmiah.
DAFTAR
PUSTAKA
Jatnika, Wawan.
dkk. 2014. Metode Penulisan Ilteks. Bandung:Institut
Teknologi Bandung
Aqib, Zainal. dkk.
2003. Karya Tulis Ilmiah. Lamongan :
Yrama Widya
Susilo, Riwayadi
dan Nur Aisyah, Suci.Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia. Surabaya:Sinar Terang.
http//ardafiteri.blogspot.com/2014//
http//rachman-mzr.blogspot.com/20//
Tidak ada komentar:
Posting Komentar