Jumat, 11 Desember 2015

Bahasa Indonesia




 nah, kawan-kawan. ada tambahan bacaan tentang karya ilmiah nih, kalau mau kasih saran juga boleh, sumbernya juga tertera di daftar pustakanya, selamat membaca..



BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Bagi kalangan akademisi, karya tulis ilmiah akademik merupakan menu harian yang harus disantap sebagai pemenuhan kebutuhan batin keingintahuan dalam rangka pengembangan wawasan. Menyusun karya ilmiah pada dasarnya cukup rumit, namun, jika ditekuni dengan serius dan sepenuh hati, menyusun atau menulis karya ilmiah bisa menjadi sebuah aktifitas yang sangat menyenangkan. Menulis karya ilmiah melibatkan tiga unsur penting antara lain bahan bacaan, pola berfikir dan penguasaan bahasa tulis. Menulis laporan penelitian karya ilmiah acap kali menjadi masalah bagi seseorang yang sudah menyelesaikan proposal penelitian ilmiah, atau bahkan sudah melaksanakan penelitian. Berbagai alasan klise seperti kesibukan, sedikitnya waktu, tidak adanya biaya sering menjadi kambing hitam atas ketidakberdayaan kita menyelesaikan laporan hasil penelitian karya ilmiah. Walhasil, setelah berbulan-bulan penelitian ilmiah dilaksanakan laporan hasilnya belum juga selesai. Banyak kasus, mahasiswa yang sudah menyelesaikan Ujian Negara masih terkatung-katung karena belum menyelesaikan skripsi atau tesisnya.
Keterampilan menulis memang tidak bisa lahir dengan serta merta. Diperlukan kolaborasi antara talenta manusia dengan  wawasan kebahasaan. Talenta melahirkan semangat menulis, dan wawasan kebahasaan  menjadi bekal untuk terampil menulis. Talenta saja tidak cukup, sebab sebagai sebuah skill, seperti halnya naik sepeda, kegiatan menulis perlu dilatih atau diasah. Semakin sering berlatih, maka kemampuan menulis akan semakin baik. Untuk sekedar naik sepeda, hanya diperlukan waktu sekitar satu bulan, dan untuk menjadi seorang atlet balap sepeda, diperlukan latihan bertahun-tahun.Sama halnya dengan belajar menulis. Untuk sekedar bisa menulis, dibutuhkan waktu beberapa bulan saja, tetapi untuk menjadi  penulis yang handal, yang tulisan-tulisannya ditunggu oleh para pembaca, tentu dibutuhkan waktu latihan yang lebih lama lagi.
Seorang yang hendak melakukan kegiatan menulis setidaknya harus menguasai empat keterampilan berbahasa. Empat keterampilan berbahasa itu ialah mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Untuk sekedar mendengar atau menyimak, asalkan telinga kita tidak bermasalah, siapapun bisa melakukannya. Namun, untuk menjadi pendengar yang mampu memahami pembicaraan diperlukan kemampuan mendengar yang baik, atau menguasai teknik mendengar.  Sama halnya dalam kegiatan berbicara, membaca dan menulis. Untuk menjadi pembicara, pembaca dan penulis yang baik, maka ia harus menguasai teknik-tekniknya.

B.            Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan karangan ilmiah?
2.      Apa yang dimaksud dengan karya ilmiah?
3.      Apa sajakah azas-azas dalam karya ilmiah?
4.      Apa yang dimaksud dengan karya lmiah akademik?
5.      Bagaimana penyusunan karya ilmiah?

C.           Tujuan
Adapun tujuan daripembuatan makalah ini adalah :
1.        Memenuhi tugas yang diberikan oleh Ibu Sri Andayaani,M.Pd.i selaku dosen pembimbing mata kuliah Bahasa Indonesia.
2.        Menambah wawasan tentang karya ilmiah akademik.
3.        Dapat membuat karya ilmiah dengan baik.
4.        Menambah pengetahuan penulis dan pembaca tentang karya ilmiah.







BAB II
PEMBAHASAN
Karya tulis ilmiah akademis merupakan wacana konteks disiplin ilmu dalam kemasan yang sesuai dengan nuansa ilmiah. Maka, konteks tujuan, sasaran , dan pembacanya pun relatif pasti kalangan terdidik. Kancah yang digeluti pun ke arah pengembangan ilmu demi meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan manusia pada umumnya demi meningkatkan harkat dan martabat yang erat kaitannya dengan tingkat keberadaban. Memiliki kemampuan menulis karya ilmiah dinilai sangat penting bagi pihak-pihak yang berkecimpung dengan dunia akademik dan industri, seperti mahasiswa, guru, dosen, peneliti, dan penemu. Kegiatan-kegiatan ilmiah atau akademis yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tersebut di atas, dilaporkan secara tertulis, terstruktur, dan tentu memiliki ciri bisa dipertanggungjawabkan. Membahas karya tulis akademik berarti berkaitan dengan arti karya ilmiah dan akdemik. Menurut kamus lengkap bahasa indonesia, akademik berarti lembaga pendidikan tinggi untuk mempersiapkan tenaga profesional. Dapat diartikan bahwa karya tulis akademik adalah Pada pembahasan ini akan dibahas apakah yang dimaksud dengan karangan ilmiah, karya ilmiah serta azas-azas dalam penulisan suatu karya ilmiah.
A.           Karangan Ilmiah
1.             Pengertian karangan ilmiah
Karangan adalah hasil dari kegiatan mengarang. karangan merupakan suatu karya tulis yang dihasilkan dari kegiatan mengungkapkan pemikiran dan menyampaikan melalui media tulisan kepada orang lain untuk dipahami. Dalam kamus lengkap bahasa indonesia, mengarang berarti menulis dan menyusun cerita, puisi buku dll. Sedangkan ilmiah mengandung arti bersifat ilmu. Jadi karangan ilmiah berarti menuliskan atau menyusun suatu tulisan yang bersifat ilmu.
Karangan ilmiah atau dalam bahasa Inggris (scientific paper) adalah laporan tertulis dan publikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Sedangkan menurut Brotowidjoyo, karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menjadi fakta dan ditulis menurut metodologi yang baik dan benar.

2.             Jenis karangan ilmiah
 Terdapat berbagai jenis karangan ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya semua itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan.
Menurut John Dewey ada 5 langkah pokok proses ilmiah, yaitu
1.             mengenali dan merumuskan masalah,
2.             menyusun kerangka berpikir dalam rangka penarikan hipotesis,
3.              merumuskan hipotesis atau dugaan hasil sementara,
4.             menguji hipotesis,
5.             menarik kesimpulan.

3.             Perbedaan antara karangan ilmiah dengan karya ilmiah
Karangan ilmiah sedikit berbeda dengan karya ilmiah. Karangan ilmiah ini bersifat  subjektif (ada yang bersifat opini) dan belum tentu terjadi karena masih ada yang fiktif. Meskipun menuliskan suatu tulisan yang bersifat ilmu, namun karangan belum tentu didukung oleh teori yang benar-benar ada.[1]  Sedangkan karya ilmiah bersifat objektif dan nyata karena sudah didukung oleh tori yang ada.

B.            Mengenali Karya Ilmiah
1.             Pengertian Karya Ilmiah
Karya ilmiah adalah sebuah tulisan yang berisi tentang serangkaian hasil pemikiran seseorang. Karya ilmiah biasanya diuraikan dalam bentuk laporan tertulis yang isinya memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim sesuai ketentuan yang berlaku. Karya ilmiah dapat juga berarti tulisan yang didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/keilmiahannya. Pernyataan ilmiah yang harus kita gunakan dalam tulisan harus mencakup beberapa hal, yaitu :
1.   Harus dapat kita identifikasikan orang yang membuat pernyataan   tersebut.
2.       Harus dapat kita identifikasikan media komunikasi ilmiah di mana pernyataan disampaikan apakah dalam makalah, buku, seminar,
lokakarya dan sebagainya.
3.    Harus dapat diindentifikasikan lembaga yang menerbitkan publikasi ilmiah tersebut beserta tempat domisili dan waktu penerbitan itu dilakukan. Sekiranya publikasi ilmiah tersebut tidak diterbitkan maka harus disebutkan tempat, waktu dan lembaga yang melakukan kegiatan tersebut.

Hal-hal yang harus ada dalam karya ilmiah antara lain:
1.  Karya tulis ilmiah memuat gagasan ilmiah lewat pikiran dan alur pikiran.
2. Keindahan karya tulis ilmiah terletak pada bangun pikir dengan unsur unsur yang menyangganya.
3. Alur pikir dituangkan dalam sistematika dan notasi.
4. Karya tulis ilmiah terdiri dari unsur-unsur: kata, angka, tabel, dan gambar, yang tersusun mendukung alur pikir yang teratur.
5. Karya tulis ilmiah harus mampu mengekspresikan asas-asas yang terkandung dalam hakikat ilmu dengan mengindahkan kaidah-kaidah kebahasaan.
6. Karya tulis ilmiah terdiri dari serangkaian narasi (penceritaan), eksposisi (paparan), deskripsi (lukisan) dan argumentasi (alasan).

2.             Syarat dan Jenis Karya Ilmiah
Yang dimaksud dengan tata tulis karya ilmiah adalah cara menyusun tulisan tentang perencanaan, pelaksanaan, dan hasil suatu kajian ilmiah. Cara menyusun tulisan tersebut meliputi penggunaan bahasa, pengurutan materi tulisan, dan bagaimana cara naskah itu ditampilkan. Perencanaan kegiatan maksudnya menentukan dan menyusun langkah-langkah yang akan dilakukan beserta objek-objeknya, sedangkan pelaksanaan kegiatan itu dilakukan tahap demi tahap, dan yang dimaksud dengan hasil kegiatan adalah segala yang telah dicapai oleh kegiatan itu.
Pembahasan mengenai kegiatan ilmiah terdiri atas tiga aspek  berikut: materi kajian, cara pengkajian, dan tujuan pengkajian. Materi pengkajian adalah segala fenomena masalah yang ada dalam kehidupan, sedangkan cara pengkajian adalah metode yang digunakan untuk mengenali segala yang ada dalam kehidupan itu. Tujuan pengkajian adalah memprediksi dan atau mengendalikan berbagai fenomena dalam kehidupan itu supaya bermanfaat bagi manusia. Dengan demikian, suatu kegiatan dikatakan ilmiah bila kegiatan itu mengkaji berbagai fenomena dalam kehidupan dengan menggunakan metode tertentu sehingga hasilnya dapat dipakai untuk memprediksi atau mengontrol fenomena kehidupan itu.

Syarat dan Subjek Tulis Karya Ilmiah
1)             Menggunakan bahasa tulis ilmiah;
2)             Mengangkat fenomena yang terdapat dalam kehidupan;
3)             Menggunakan cara pengkajian tertentu;
4)             Menemukan sesuatu yang dapat dijadikan masukan untuk memprediksi atau mengontrol dalam kehidupan dan,
5)             Menyajikan tulisan itu dengan cara tertentu.
Pengkajian/pendekatan ilmiah dapat dilakukan dengan dua cara: pengkajian secara rasional dan secara empiris. Pengkajian secara rasional artinya data yang diperlukan untuk meneliti masalah itu diambil dari berbagai literature. Sedangkan pengkajian secara empiris artinya data yang diperlukan untuk meneliti masalah itu diambil dari kenyataan melalui teknik survey, dan eksperimen. Survei dapat dilakukan dengan mengadakan wawancara, angket, dan observasi. Eksperimen dapat dilakukan dengan mengadakan percobaan di laboratorium atau lapangan. Observasi dapat dilakukan dengan partisipasi melalui kerja praktik ditempat tertentu yang memberikan peluang untuk mendapatkan data yang diperlukan. Hasil karya ilmiah selayaknya memberikan solusi bagi masalah yang dihadapi oleh umat manusia.
Walaupun menggunakan bahasa ilmiah, belum bisa diterima sebagai karya ilmiah yang formal bila penyajiannya tidak menurut tata tulis yang telah disepakati oleh kalangan akademisi. Karena konvensi tata tulis tersebut memerlukan uraian yang terperinci, penjelasannya disajikan pada bab khusus.

3.             Ciri Bahasa Ilteks dalam Karya Ilmiah
Bahasa yang digunakan dalam menulis karya ilmiah adalah bahasa ragam ilmiah. Bahasa ragam ilmiah berdasarkan penglompokan menurut jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan. Sesuai dengan sifat keilmuan, bahsa Indonesia ragam ilmiah harus memenuhi syarat diantaranya sesuai dengan kaidah baku, logis, kuantitatif, denotatif, dan tepat.
Pada bahasa Indonesia ragam ilmiah, bahasa sebagai bentuk luar dan  ide yang disampaikan melalui bahasa itu sebagai bentuk  dalam tidak dapat dipisahkan. Hal ini terlihat pada ciri bahasa ilmiah yang disebut juga sebagai bahasa iptek. Ciri itu sebagai berikut.
1)             Bahasa Baku
Ragam bahasa baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan penggunaan bahasa. Ragam baku mempunyai sifat sebagai berikut.
(a)          Kemantapan Dinamis
Ragam bahasa baku mempunyai kemantapan dinamis berupa kaidah dan aturan yang tetap berarti tidak dapat berubah setiap saat. Kaidah pembentukan kata yang memunculkan bentuk perasa, petani, pesuruh, perumus, dan sebagainya dengan tata asa harus dapat menghasilkan bentuk perajin, perusak, pesepak bola, bukan pengrajin, pengrusak, penyepak bola, dan lain-lain.
Dipihak lain, kemantapan itu tidak kaku, tetapui cukup luwes sehingga memungkinkan perubahan yang bersistem dan teratur dibidang kosa kata dan peristilahan serta mengizinkan perkembangan berjenis ragam yang diperlukan dalam kehidupan modern. Misalnya, dibidang peristilahan muncul keperluan “untuk membedakan pelanggan orang yang berlanggan(an)” dan langganan  pihak yang tetap menjual barang kepada orang lain; “hal menerima terbitan atau jasa atas pesanan secara teratur” Tokonya disebut langganan dan orang yang  berlangganan itu disebut  pelanggan.
Struktur kalimat maupun pemilihan kata/istilah harus sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Perhatikan contoh kalimat berikut!
Dikarenakan kekurangan dana, modal, tenaga dan lain sebagainya maka projek itu kita terpaksa serahkan kepada pengusaha asing. Pada kalimat diatas terdapat kata dan struktur yang tidak baku yaitu dikarenakan, dan lain sebagainya, dan kita terpaksa serahkan. Kalimat itu seharusnya sebagai berikut. Karena kekurangan modal, tenaga, dan lain lain, pelaksanaan proyek itu terpaksa kita serahkan kepada pengusaha asing.
b)            Cendekia
Ragam baku bersifat cendikia karena ragam baku dipakai pada tempat dan situasi resmi. Perwujudannya dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa lain yang lebih besar mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal. Proses pencedikiaan bahasa itu sangat penting karena ilmu pengenalan ilmu dan teknologi modern, yang kini umumnya masih bersumber pada bahasa asing harus dapat dilangsungkan melalui buku bahasa Indonesia.
c)             Seragam
Ragam baku bersifat seragam. Artinya, proses pembakuan adalah proses penyeragaman bahasa. Pembakuan bahasa adalah pencarian titik-titik keseragaman. Pelayan pada pesawat terbang dianjurkan untuk memakai istilah pramugara dan  pramugari. Andaikata ada orang yang mengusulkan bahwa pelayan pesawat terbang disebut steward atau stewardes dan penyerapan itu seragam, kata itu menjadi ragam baku. Pusat bahasa pernah menganjurkan untuk menggunakan kata sangkil dan  mangkus sebagai pengganti kata efektifdan  efisien¸namun sampai sekarang pemakaian bahasa tidak menggunakannya. Artinya kata itu tidak berterima oleh masyarakat.

2)             Logis
Orang yang senang menggunakan alat itu harus sering di servis supaya tidak cepat rusak. Ide yang dikemukakan  pada kalimat diatas tidak logis. Frase harus sering diservis mengacu pada kata “orang” bukan pada kata “alat”. Dalam hal ini, orang tidak mungkin diservis. Itulah sebabnya ide pada kalimat tersebut tidak logis. Perhatikan kalimat berikut! Alat yang sering digunakan orang itu harus diservis supaya tidak cepat rusak.

3)             Kuantitatif
Keterangan yang dikemukakan dalam tulisan dapat diukur secara pasti. Perhatikan contoh kalimat berikut! Untuk menanam pohon itu diperlukan lubang yang cukup dalam. Frase yang cukup dalam tidak menujukan ukuran yang pasti. Perhatikan kalimat berikut! Untuk menanam itu diperlukan lubang dengan kedalaman satu meter.

4)             Tepat/Jelas
Ide yang diungkapkan harus sesuai dengan ide yang dimaksedkan oleh penutur atau penulis dan mengandung satu makna. Hal ini bergantung pada ketepatan memilih kata dan penyusunan struktur kalimat sehingga kalimat yang digunakan efektif. Perhatikan contoh kalimat berikut!  Atap bangunan sudah itu dari sirap. Kalimat diatas mengandung makna ganda. Frase yang sudah rusak dapat mengacu pada kata atap juga mengacyu pada kata bangunan.Perhatikan kalimat berikut!
a)             Atap-bangunan yang sudh rusak itu dari sirap
b)             Atap bangunan- yang sudah rusak itu dari sirap.
c)             Bangunan yang sudah rusak itu atapnya dari sirap.

5)             Denotatif
Kata yang digunakan dipilih sesuai dengan arti sesungguhnya dan tidak melibatkan perasaan karena sifat ilmu itu objektif. Kota-kota besar tidak pernah tidur padat dengan pabrik-pabrik yang berjalan terus tanpa lelah. Kata tidur, berjalan, dan lelah tidak menujukan arti yang sebenarnya. Dalam bahasa ilmiah, ide pada kalimat diatas dapat diungkapkan sebagai berikut. Di kota-kota besar, kegiatan hidup tidak pernah berhenti baik siang maupun malam.
6)             Lugas
Ide atau gagasan diungkapkan dengan kalimat pendek, tetapi padat isi (bernas) langsung menuju sasaran, pemakaian kata sesuai dengan kebutuhan. Perhatikan contoh berikut!
Sebaiknya letak rumah tidak dekat dengan rawa rawa dan sedapat mungkin letak rumah tidak dekat pula dengan tempat ramai sebab bila dekat dengan tempat ramai kita tidak dapat beristirahat dengan baik.
Kalimat diatas tidak ringkas karena pada kalimat itu terdapat kata yang idenya dapat dinyatakan dengan cara lain dan pengulasan frase yang tidak perlu. Ide diatas dapat diungkapkan dengan kalimat yang lebih ringkas sebagai berikut! Sebaiknya letak rumah jauh dari rawa dan dari tempat ramai agar penghuninya dapat beristirahat dengan baik.

7)             Runtun
Ide diungkapkan secara teratur sesuai dengan urutan dan tingkatannya baik dalam kalimat maupun dalam paragraf.
Pada masa kini kemampuan masyarakat untukmemiliki kendaraan semakin  besar, seiring dengan majunya perotomotifan yang mengeluarkan produk kendaraannya dengan berbagai model dan berbagai kualitas, mereka dapat memperolehnya. Semakin majunya suatu produkkendaraan makin banyak memberikan kemudahan untuk memeliharanya. Kenyataannya para pemilik kendaraan tidak cukup memiliki keterampilan dan pengetahuan tentang pemeliharaan kendaraan.
Paragraf diatas tidak runtun. Kalimat kedua tidak runtun dengan kalimat pertama; demikian juga kalimat ketiga dengan kedua. Setiap kalimat mengungkapkan ide pokok yang berbeda. Ketidakruntunan ide yang diungkapkan pada paragraph itu terlihat juga pada klausa akhir kalimat pertama. Klausa kalimat tersebut tidak runtun dengan klausa sebelumnya.
Dalam pemilihan kata/istilah terdapat ketidaktepatan memilih kata/istilah dan pemakaian bentuk nonbaku. Penyimpangan/kesalahan terjadi karena berbagai hal berikut:
(1)          Pengaruh struktur bahasa daerah dan dialek;
(2)          Pengaruh struktur bahsa asing;
(3)          Mengandung makna ganda;
(4)          Nirlogis;
(5)          Mengandung gejala mubazir;
(6)          Ketidaklengkapan unsure kalimat inti/nirlengkap;
(7)          Keracunan;
(8)          Kalimat terlalu panjang.

4.             Bahasa Indonesia yang Benar dengan Baik
Bahasa yang baik adalah bahasa yang efektif dalam menyampaikan suatu maksud. Bahasa yang baik tidak selalu harus ragam baku. Keefektifan komunikasi lebih banyak ditentukan oleh keserasian bahasa itu dengan situasinya (waktu, tempat, dan orang yang diajak bicara). Bisa saja bahasa yang baik itu tidak benar kaidahnya.
Dalam struktur seperti: “Tadi telah dibilang oleh pemakalah bahwa masalah ini sangan kompleks”. Secara tata bahasa, penempatan kata dibilang benar, dan secara morfologis bentukan kata  dibilang pun benar, tetapi  tidak baik sebab dibilang merupakan kata tidak baku, sementara suasana tersebut merupakan suasana yang resmi. Dengan demikian, bahasa yang benar dengan baik itu adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah dan situasi.
Pemakaian bahasa Indonesia yang baik, tetapi tidak benar penggunaan bahasa Indonesia dalam karangan ilmiah seperti makalah, skripsi, atau tesis dan desertasi juga pada sebuah buku, artikel masih dijumpai kesalahan baik ejaan, morfologi, sintaksis, ataupun paragraf. Kesalahan pemakaian bahasa Indonesia  baku dalam karangan ilmiah tersebut diantaranya dapat disebabkan terjadinya gejala interferensi karena penulisan karangan ilmiah tersebut termasuk kelompok dwibahasawan atau multibahasawan. Kesalahan pemakaian bahasa akan berakibat pada kesalahan penafsiran dan pemahamaan gagasan yang dikemukakan dalam karangan ilmiah.
5.             Jenis Karya Tulis Ilmiah
Pembagian jenis karya tulis ilmiah dapat dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan.
1.             Capaian Akademis
a)             Disertasi adalah karya tulis ilmiah untuk mencapai gelar doctor (S3).
b)             Tesis adalah karya tulis ilmiah untuk mencapai gelar magister (S2).
c)             Skripsi/Tugas Akhir adalah karya tulis ilmiah untuk mencapai gelar sarjana (S1).
d)            Makalah adalah karya tulis untuk memenuhi tugas mata kuliah tertentu.
Perbedaannya terletak pada kekompleksan masalah, kecanggihan metode, dan kualitas penyelesaian masalah.

2.             Forum yang digunakan
a)             Artikel ilmiah ialah sejenis esai yang membahas suatu masalah berdasarkan logika, pustaka, atau fakta untuk dimuat pada jurnal, majalah, surat kabar, dan internet.
b)             Makalah/paper/kertas kerja adalah karya tulis yang membahas suatu masalah berdasarkan logika, pustaka, atau fakta untuk disajikan pada seminar, symposium, lokakarya, dan diskusi.
c)             Buku daras/buku teks/buku ajar adalah kumpulan tulisan mengenai teori, dalil, hukum, atau kaidah mengenai suatu disiplin ilmu untuk dijadikan acuan mata kuliah atau mata pelajaran dalam proses belajar mengajar.


3.             Laporan Penelitian
Adalah suatau tulisan tentang proses dan hasil penelitian untuk disebarluaskan kepada masyarakat atau ilmuan. Ciri khas laporan penelitian antara lain menggunakan studi literature dan berbagai metode pengumpulan data.

C.           Azas-azas Karya Ilmiah
a.             Kejelasan (clarity)
Karya ilmiah harus konkret dan jelas. Kejelasan itu tidak saja berarti mudah dipahami, mudah dibaca, tetapi juga harus tidak memberi ruang untuk disalahtafsirkan, tidak boleh bersifat samar-samar, tidak boleh kabur, tidak boleh ada di wilayah abu-abu. (Bahasa Jawa: keduh gambling wijang-wijang). Kejelasan di dalam karya ilmiah itu ditopang oleh hal-hal berikiut:
1. Pemakaian bentuk, kebahasaan yang lebih dikenal daripada bentuk kebahasaan yang masih harus dicari-cari dulu maknannya, bahkan oleh penulisnya.
2. Pemakaian kata-kata yang pendek, ringkas, tajam, lugas, daripada kata-kata yang berbelit, yang panjang, yang rancu, yang boros.
3. Pemakaian kata-kata dalam bahasa sendiri daripada kata-kata dalam bahasa asing.
Kata-kata asing dapat digunakan hanya kalau memang istilah itu sangat teknis sifatnya sehingga tidak (belum) ada istilah garing kata-kata yang pas dalam bahasa Indonesia. Jadi, jangan sampai verbalistis.

b.              Ketepatan (accuracy)
Karya ilmiah menjunjung tinggi keakuratan. Hasil penelitian ilmiah dan cara penyajian hasil penelitian itu haruslah tepat/akurat. Supaya karya ilmiah sungguh-sungguh akurat, penulis/peneliti harus sangat cermat, sangat teliti, tidak boleh sembrono, atau main-main dengan ilmu.
Dalam cara penyampaiannya, di dalam karya ilmiah itu harus terwadahi butir-butir gagasan dengan kecocokan sepenuhnya seperti yang dimaksud oleh peneliti/penulisnya. Kualifikasi demikian itulah yang dimaksud dengan istilah efektif-sangkil.
                                         
c.              Keringkasan (brevity)
Karya ilmiah haruslah ringkas. Ringkas tidak sama dengan pendek. Karya yang tebalnya 500 halaman dapat dikatakan ringkas sejauh di dalamnya tidak terdapat bentuk-bentuk kebahasaan yang bertele-tele, kalimat-kalimat yang bertumpukan (running-on sentences), dan sarat dengan kemubaziran dan kerancuan. Jadi, karya ilmiah itu tidak boleh menghamburkan kata-kata, tidak boleh mengulang-ulang ide yang telah diungkapkan, dan tidak berpura-pura dala mengungkapkan maksud atau gagasan. Karya ilmiah harus dibangun dari ide yang kaya dengan bahasa yang hemat dan sederhana. Jadi bukan sebaliknya, ide yang miskin namun dengan bahasa yang berbunga-bunga.
Karya ilmiah harus ditulis dengan hati dan diteliti kembali, dibenahi kembali, diedit kembali dengan pikiran. Jadi, peganglah prinsip ‘writing with heart, editing with brain’ da dalam praktik penulis karya ilmiah.
d.             Keobjektifan
Objektif adalah penggambaran sesuatu dengan sebenar-benarnya sesuai dengan keadaan sesuai dengan keadaan atau kondisi dari sesuatu tersebut. hasil dari objektif inilah yang kemudian disebut fakta. Tidak ada penambahan tidak ada pengurangan, apa adanya.

e.              Kelogisan
Karya ilmiah memiliki azas kelogisan, ini berarti suatu karya ilmiah adalah hasil dari sesuatu yang logis. Dapat di buktikan secara nyata dan bukan sesuatu yang hanya ada dalam angan-angan semata.

f.               Kepaduan dan kesatuan
Azas kepaduan dalam membuat karya ilmiah pun diperlukan untuk menghasilkan karya ilmiah yang baik. Antara kalimat satu dengan yang lain, paragraf satu dengan yang lain, bab yang satu dengan yang lain berpadu dalam pembahasan yang padu. Misal dalam suatu karya ilmiah membahas tentang “karya ilmiah” maka seluruh kalimat dan bahasan dala bab-babnya mengandung kalimat yang bertujuan untuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan tentang karya ilmiah tersebut.

g.             Penekanan
Adanya penekanan terhadap apa yang akan dibahas dalam karya tersebut. Misal karya ilmiah tersebut menekankan pembahasan tentang “pembuatan susu kedelai” maka yang ditekankan adalah proses pembuatannya. Sedangkan manfaat minum susu kedelai, efek dan lain-lainnya tidak di tekankan.


D.           Penyusunan Karya Ilmiah
Menyusun karya tulis ilmiah merupakan proses yang panjang mulai perancanaan , penelitian, penggarapan dan penulisan. Langkah awal dalam perencanaan yaitu penentuan topik, judul, rumusan masalah , dan tujuan. Langkah berikutnya adalah penyusunan kerangka isi yang mengacu pada kerangka organisasi. Syarat topik adalah problematis, terbatas, serta menarik, penting, faktual dan aktual. Penyusunan kerangka isi melalui tiga tahap yaitu curah ide, dan pengelompokan ide. Kerangka organisasi karya tulis adalah bab pendahuluan, deskripsi masalah, pembahasan, serta simpulan dan saran. Semua itu adalah komponen utama (bagian isi). Komponen ini diletakkan setelah komponen pelengkap awal (judul, prakata, kata pengantar, sari, daftar isi, daftar tabel, dll. Pada bagian akhir, terdapat komponen pelengkap akhir (penyudah) yang terdiri atas pustaka, lampiran, indeks dan riwayat hidup penulis.























BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Karya tulis ilmiah akademis merupakan wacana konteks disiplin ilmu dalam kemasan yang sesuai dengan nuansa ilmiah yang isinya memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim sesuai ketentuan yang berlaku. Karangan merupakan suatu karya tulis yang dihasilkan dari kegiatan mengungkapkan pemikiran dan menyampaikan melalui media tulisan kepada orang lain untuk dipahami. Karya ilmiah adalah sebuah tulisan yang berisi tentang serangkaian hasil pemikiran seseorang. Agar dapat membuat dan menyelesaikan suatu karya tulis ilmiah yang baik, maka seorang pembuat karya tulis(akademisi) harus memperhatikan azas-azas dalam penulisan karya tulis ilmiah.













DAFTAR PUSTAKA
Jatnika, Wawan. dkk. 2014. Metode Penulisan Ilteks. Bandung:Institut Teknologi Bandung
Aqib, Zainal. dkk. 2003. Karya Tulis Ilmiah. Lamongan : Yrama Widya
Susilo, Riwayadi dan Nur Aisyah, Suci.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya:Sinar Terang.
http//ardafiteri.blogspot.com/2014//
http//rachman-mzr.blogspot.com/20//



[1] http//ardafiteri.blogspot.com// diunduh pada tanggal 31 oktober 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar