assalamu'alaikum saudara-saudara, yang lagi mau baca tentang sejarah masuknya islam, ini ada sedikit tambahan bacaan, yang lisna buat waktu semester dua di MPI IAIN RIL.
selamat membaca..
MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA DAN
PEMBENTUKAN LEMBAGA-LEMBAGA PENDIDIKAN DI MASA AWAL
MAKALAH
Tugas Individu Sejarah Pendidikan
Islam
Dosen : Saiful Bahri, S. Ag. M. Pd.
I
Oleh
Lisna Cahyani : 1411030247
Manajaemen Pendidikan Islam/Kelas
D/Semester 2
![]() |
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN
INTAN LAMPUNG
2015
KATA PENGANTAR
Seraya
memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena penulis menyadari bahwa
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “MASUKNYA
ISLAM KE INDONESIA DAN PEMBENTUKAN LEMBAGA-LEMBAGA PENDIDIKAN DI MASA AWAL”.
Makalah
ini disusun dalam rangka untuk menyelesaikan tugas individu mata kuliah Sejarah
Pendidikan Islam (SPI). Sehubungan dengan selesainya makalah ini, penulis
banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan
ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing dalam pembuatan makalah
ini. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Saiful
Bahri, S. Ag. M. Pd. I selaku dosen mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam.
2.
Orang tua yang selalu memberikan
motivasi dan do’a tulusnya.
3. Serta
Teman-teman dan kakak tingkat yang memberikan semangat untuk menyelesaikan makalah ini.
Semoga
amal dan jasa baik mereka diterima oleh Allah SWT, dan dibalas dengan pahala
yang berlipat ganda. Semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi
penulis dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan kelemahannya, oleh karena itu, kritik dan saran para pembaca akan kami terima dengan senang hati demi penyempurnaan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan kelemahannya, oleh karena itu, kritik dan saran para pembaca akan kami terima dengan senang hati demi penyempurnaan makalah ini.
Bandar
Lampung, 23 Maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................
i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang............................................................................................. 1...........
B.
Rumusan Masalah........................................................................................ 1
C.
Tujuan........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Masuknya Islam ke Indonesia...................................................................... 3
B.
Pembentukan Lembaga-Lembaga Pendidikan pada Masa Awal............... 17
BAB III PENUTUP
Kesimpulan.................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. ...... Latar
Belakang
Pendidikan adalah suatu proses mengembangkan
potensi diri melalui pembelajaran dalam jenjang pendidikan tertentu. Adapun
pendidikan islam adalah usaha mengembangkan potensi diri dengan menanamkan
nilai-nilai islam dalam jiwa peserta didik hingga menjadi manusia yang
berakhlak mulia. Pendidikan islam di Indonesia, kini telah berjaya merasuki
setiap daerah di Indonesia. Tumbuh dan terus berkembang mewarnai titik-titik
Indonesia. Setiap sesuatu yang muncul ditengah kehidupan orang banyak pasti
memiliki sejarah kehadiran, begitupun pendidikan islam.
Pendidikan islam muncul seiring dengan
masuknya islam di Indonesia. Islam membawa pengajaran tentang budi pekerti,
akhlak dan norma-norma ketuhanan. Pada awalnya pengajaran itu disampaikan
melalui perkumpulan-perkumpulan beberapa atau banyak orang. Dimana ketika ada
beberapa orang yang berkumpul, dibahaslah suatu ilmu yang merupakan suatu
pendidikan, hingga dibentuklah berbagai komunitas, tempat-tempat dan
lembaga-lembaga sebagai media untuk mengikuti dan mengajarkan pendidikan. Yang
tentunya pembentukan lembaga-lembaga itu pada masa awal akan memiliki perbedaan
dengan lembaga-lembaga pendidikan pada saat sekarang. Lembaga-lembaga
pendidikan itu terus muncul, tumbuh dan berkembang hingga saat ini.
B........ Rumusan
Masalah
Dari latar belakang yang dipaparkan diatas,
maka rumusan masalah nya adalah sebagai berikut :
1.
Bagaimanakah masuknya islam di
Indonesia?
2.
Bagaimanakah pembentukan
lembaga-lembaga pendidikan pada masa awal?
3.
Apakah tujuan dibentuknya
lembaga-lembaga pendidikan itu?
C........ Tujuan
........... Tujuan dari pemaparan materi
ini adalah untuk :
1.
Mengetahui bagaimana masuknya islam
di Indonesia.
2.
Mengetahui bagaimana pembentukan
lembaga-lembaga pendidikan pada masa awal.
3.
Mengetahui fungsi pembentukan
lembaga-lembaga pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
C.
MASUKNYA ISLAM KE
INDONESIA
Agama islam yang diwahyukan kepada nabi Muhammad
SAW, mengandung implikasi kependidikan yang bertujuan untuk menjadi rahmat bagi
sekalian alam.[1] Terdapat
sejumlah argumentasi yang dapat digunakan untuk menyatakan bahwa misi ajaran
islam sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam.[2]
Pertama dilihat dari pengertian islam itu sendiri yaitu kata islam makna
aslinya masuk dalam perdamaian. Kedua dilihat dari peran yang dimainkan islam
dalam menangani berbagai problematika agama, sosial, ekonomi, politik, hukum,
pendidikan, kebudayaan, dan sebagainya. Ketiga dapat dilihat dari ajaran yang
dibawa dan dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW, dalam al-Qur’an Al-anbiya
02:107 :
“Dan tiada
kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) ramad bagi semesta alam.”
Ke empat dilihat dari kedudukannya sebagai sumber
nilai dan pandangan hidup manusia. Kelima dapat dilihat dari peran yang
dimainkan dalam sejarah. Keenam dapat dilihat dari praktek hubungan dengan
orang yang beragama lain.
Secara garis besar Dr. Harun Nasution membagi
sejarah Islam ke dalam tiga periode, yaitu periode klasik, pertengaha n dan
modern.[3]
Karena telah diketahui bahwa Allah menurunkan ajaran islam kepada umat manusia
tersebut melalui proses yang panjang
melalui serangkaian urutan rasul-rasul.[4]
Di Indonesia, mulanya ajaran islam dibawa oleh para
pedagang-pedagang dan disiarkan secara damai tanpa paksaan kekerasan menyebar
keseluruh penjuru Indonesia. Dari sabang sampai merauke, banyak tokoh-tokoh
penyebar agama islam seperti contohnya para wali yang ada di pulau Jawa yang
disebut wali songo.
Seperti yang kita ketahui bahwa pada awalnya sebelum islam masuk ke
Indonesia, sebelumnya berbagai macam agama seperti animisme, dinamisme, Hindu,
dan Budha telah dianut oleh bangsa Indonesia. Sebelum islam datang, di Indonesia telah berkuasa
kerajaan - kerajaan Hindu – Budha seperti kerajaan Bahari terbesar yang
menguasai dan mengendalikan pulau-pulau di Nusantara, yaitu kerajaan Sriwijaya
di sekitar palembang, Sumatera Selatan, dan Singasari, selanjutnya yaitu
Majapahit.[5]
Islam tiba di Indonesia dimulai dari
daerah barat yaitu Sumatera menuju ke
Timur. Islam hadir memberi perubahan-perubahan yang baik, yang dapat
memperbaiki syariat, akidah dan akhlak. Akidah mereka diperbaiki untuk meyakini
ke-Esa-an tuhan. Adapun akhlak ditujukan
kepada pembentukan akhlak yang mulia, dalam tingkah laku kesehariannya.[6] Akidah dan akhlak mereka
diperbaiki dengan penuh keharmonisan, tanpa adanya kekerasan. Dakwah ajaran
islam tentang indahnya nilai-nilai islam di sampaikan dengan penuh perhatian
agar dapat diterima dengan baik dan bertahan dalam sanubari masyarakat tanpa
adanya paksaan yang menyudutkan masyarakat.
1.
Teori-Teori Masuknya Islam ke Nusantara
Ahmad
Mansyur menguraikan tiga teori tentang masuknya agama Islam di Indonesia, yaitu
teori Gujarat, teori Mekah dan teori Persia.[7]
a.
Teori Gujarat
Peletak dasar teori
Gujarat, menurut dugaan adalah Snouck Hurgronje, dalam bukunya L’Arabiee et les Indes Neerlandaises atau
Revus del ‘Histoire des Relegius. Pandangannya ini berdasarkan :
1)
Kurangnya
fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran agama islamke
Nusantara.
2)
Hubungan
dagang Indonesia-India telah lama terjalin.
3)
Inskripsi
tertua tentang islam yang terdapat di Sumatera dengan Gujarat (T. W. Arnold,
1963 : 370)
Teori
Gujarat ini terlihat Hindu sentris karena
beranggapan bahwa seluruh perubahan sosial, ekonomi budaya, dan agama islam di
Indonesiatidak mungkin leas dari pengaruh India. Akan tetapi, itu tidak berarti
bahwa teori Gujarat serta merta secara mutlsk menolak peranan bangsa Arab.
Teori ini tentu memiliki kelemahan, bila dibanding dengan teori Mekah (Ahmad Mansur Suryanegara, 1996 :81).
a.
Teori Mekah
Hamka
menolak pandangan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke -13 dan
berasal dari Gujarat. Pernyataanya ini beliau sampaikan dalam Seminar Sejarah Masuknya Agama Islam ke
Indonesia, di Med, 17-20 Maret 1963. Hamka lebih mendasarkan pandangan pada
peranan bangsa Arab sebagai pembawa agama Islam ke Indonesia, pada abad ke-7.
Analisis
Hamka menambahkan pengamatannya pada masalah madzhab Syafi’i, sebagai madzhab
yang istimewa di Mekah dan mempunyai pengaruh yang tersebar di Indonesia.
Adanya fakta berupa mata uang yang tersebar dikota-kota Eropa memberi tanda
luasnya daerah pengaruh kebudayaan Islam. Hamka berpendapat, diantaranya
masuknya agama islam ke Indonesia terjadi pada abad ke 1 H atau abad ke-7 M.
Pelaku pembawa agama islam adalah saudagar arab, diikuti oleh oran Persia dan
Gujarat. Disamping dibawa oleh pedagang Arab, Hamka juga menyatakan orang
Indonesia mengambil inisiatif untuk belajar dengan berlayar keluar daerah,
seperti Cina, Hindustan, Laut Merak,Pantai Jedah, bahkan membangun negara baru
di Malagasi (Madagaskar) sehingga bangsa Indonesia bukan sebagai bangsa yang
pasif, tetapi sebagai bangsa yang aktif bergerak keluar.
b.
Teori Persia
P. a. Hoesein
Djajadiningrat adalah pembangun teori Persia di Indonesia. Teori ini lebih
menitik beratkan tinjauannya pada kebudayaan yang hidup dikalangan masyarakat
Islam Indonesia yang dirasakan mempunyai persamaan dengan Persia. Kesamaan
kebudayaan ini dapat dilihat dari dapat dilihat pada masyarakat islam Indonesia
antara lain :
1)
Peringatan
10 Muharom atau Assura sebagai hari peringatan syiah atas kematian syahidnya
Husain
2)
Adanya
kesamaan ajaran Syaikh Siti Jennar dengan ajaran Sufi Iran Al-Hallaj.
3)
Sistem
mengeja huruf Arab, untuk tanda-tanda bunyi harkat dalam pengajian Al-Qur’an
tingkat awal :
Bahasa
Iran: Bahasa
Arab
Jabar-zabar fathah
Jer-zeer Kasrah
P’es-Py’es dhammah
Huruf
sin yang tidak bergigi berasal dari Persia sedangkan huruf sin yang bergigi berasal
dariArab.
Dari
uraian diatas dapat kita lihat perbedaan dan persamaan teori Gujarat, Mekah dan
Persia.
Teori
Gujarat dan Persia memiliki kesamaan pendapat, bahwa masuknya islam di
Indonesia yaitu pada abad ke-13 saat
timbulnya kekuasaan politik islam di Indonesia, Kerajaan Samudera Passai
sebagai pusatnya. Perbedaanya bahwa teori Gujarat memandang adanya kesamaan
antara sufi di Indonesia dengan Persia.
Teori
Mekah tidak sependapat bahwa abad ke-13 sebagai saat masuknya agama Islam ke
Indonesia karena abad tersebut dianggap sebagai saat – saat perkembangan agama
islam di Indonesia, dan saat itu telah terjadi kekuasaan politik islam. Adapun
teori Mekkah memandang bahwa masuknya agama Islam ke Nusantara terjadi pada
abad ke – 7 M. Pelaku pembawa agama islam adalah saudagar Arab, diikuti oleh
orang Persia dan Gujarat. Selain itu teori Mekah memandang Gujarat sebagai
tempat singgah perjalanan perdagangan laut antara Indonesia dan Timur Tengah,
sedangkan ajaran Islam diambilnya dari Mekah atau dai Mesir.
Thomas
W. Arnold dalam bukunya The Preaching of
Islam mengatakan bahwa pada abad ke-7 M dipantai barat pulau Sumatera telah
didapat suatu kelompok umat perkampungan orang-orang arab. Telah dibuktikan
pula adanya kuburan orang arab di Baros, terletak antara Tapanuli dan Aceh.
Adapun kerajaan Pase di Aceh menurut pendapat sarjana Belanda bernama “Moens”,
bahwa daerah itu sudah merupakan pusat perniagaan yang ramai antara India dan
Tiongkok sejak abad ke-5 M. Jika kita hubungkan dengan sejarah masuknya Islam
di Tiongkok, yaitu pada zaman Khalifah Usman bin Affan pada zaman dinasti Tang
dan pedagang islam bangsa Tiongkok sendiri sudah dominan didaerah Canton pada
abad ke 2 H/8 M dan para ulama islam bangsa Tiongkok pada saat itu sudah
menjadi Khatib dan imam jum’at, maka tidak mustahil jika pada abad ke 7 M/ 1H
sudah ada orang Arab Islam yang masuk ke Indonesia mengingat letak geografis
Indonesia berada ditengah perjalanan antara Timur-Tengah dengan Tiongkok.
Sedangkan hubungan dagang antara Arab-Tiongkok sudah berjalan ramai sejak
berabad-abad sebelum datangnya agama islam.[8]
Akhirnya
teori Mekah yang dikemukakan oleh Hamka mendapat perhatian dan pembenaran dalam
seminar-seminar seperti seminar sejarah
Islam ke Indonesia, Sejarah Islam di Minangkabau, Sejarah Riau, Sejarah
masuknya islam di Kalimantan, dan seminar Pendahuluan Sejarah Islam di
Indonesia.
Salah satu seminar
masuknya Islam di Indonesia yang diselenggarakan di Medan pada tahun 1963
menyimpulkan sebagai berikut[9] :
1.
Menurut
sumber bukti yang terbaru, islam pertama kali datang di Indonesia pada abad ke
7 M/1 H dibawa oleh pedagang dan mubaligh dari negeri Arab.
2.
Daerah
yang pertama dimasuki ialah pantai Barat pulau sumatera yaitu didaerah Baros,
tempat kelahiran ulama besar bernama Hamzah Fansyuri. Adapun kerajaan Islam
yang pertama ialah di Pase.
3.
Dalam
proses pengislaman selanjutnya, orang-orang islam bangsa Indonesia ikut aktif
mengambil bagian yang berperan, dan proses itu berjalan secara damai.
1.
Faktor penyebab Indonesia Mudah di Kenal Bangsa Lain
Ada
dua faktor yang menyebabkan Indonesia mudah dikenal oleh bangsa-bangsa lain, khususnya
oleh bangsa-bangsa Timur Tengah dan Timur Jauh sejak dahulu kala, yaitu :
a.
Faktor
letak geografisnya yang strategis. Indonesia berada dipersimpangan jalan raya
internasinal dari jurusan timur Tengah menuju Tiongkok, melalui lautan dan
jalan menuju benua Amerika dan Australia.
b.
Faktor
kesuburan tanahnya yang menghasilkan bahan-bahan keperluan hidup yang
dibutuhkan oleh bangsa-bangsa lain, misalnya : rempah-rempah.[10]
Kedua hal itulah yang
menyebabkan masuknya islam dan penyebarannya di Indonesia begitu signifikan.
Dengan letak strategis dan kayanya Indonesia, menyebabkan banyaknya
pendatang-pendatang baru yang sekaligus mengajarkan ajaran-ajaran islam, seraya
berdagang atau menetap di Indonesia.
[11]Adapun faktor-faktor mengapa agama islam dapat tersebar
dengan cepat diseluruh Indonesia pada waktu itu adalah sebagai berikut :
a.
Agama
islam tidak sempit dan tidak berat melakukan aturan-aturannya
b.
Sedikit
tugas dan kewajiban dalam islam.
c.
Penyiarannya
dilakukan secara berangsur-angsur.
d.
Penyiarannya
dilakukan dengan kebijaksanaan dan cara yang sebaik-baiknya.
e.
Penyiaran
islam itu dilakukan dengan perkataan yang mudah dipahami umum, dapat
dimengerti, oleh golongan bawah sampai golongan atas dengan sabda nabi Muhammad
yang maksudnya: berbicaralah kamu dengan manusia menurut kadar akal mereka.
Lalu bagaimana sebenanya
awal mula kedatangan islam di Indonesia ? beberapa pendapat tentang permulaan
islam di Indonesia antara lain sebagai berikut[12] :
Bahwa kedatangan islam
pertama di Indonesia tidak identik dengan berdirinya kerajaan islam pertama di
Indonesia. Mengingat bahwa pembawa islam ke Indonesia adalah pedagang, bukan
missi tentara dan bukan pelarian politik. Mereka tidak ambisi langsung
meendirikan kerajaan islam. Lagi pula di Indonesia pada saat itu sudah ada
kerajaan-kerajaan Hindu-Budha yang banyak jumlahnya dan berkekuatan besar. Jadi
masa tenggang antara kedatanganorang islam pertama di Indonesia dengan
berdirinya kerajaan islam pertama adalah sangat lama.
Proses
pembentukan dan pengembangan masyarakat islam yang pertama melalui bermacam-macam
kontak, misalnya : kontak jual beli, kontak perkawinan dan kontak dakwah
langsung, baik secara individu maupun kolektif.
Zaman Kerajaan Islam ke I
di Aceh
Ada dua faktor penting yang
menyebabkan masyarakat islam mudah berkembang di Aceh, yaitu :
a.
Letaknya
yang strategis dalam hubungannya dengan jalur Timur Tengah dan Tiongkok.
b.
Pengaruh
Hindu-Budha dari kerajaan Sriwijaya di Palembang tidak begitu berakar kuat
dikalangan rakyat Aceh, karena jarak antara Palembang dan Aceh cukup jauh.
Kerajaan islam yang
pertama di Indonesia adalah Pase atau kerajaan Samudera Pasai di daerah Aceh
yang berdiri pada abad ke 10 M dengan rajanya yang pertama Al-Malik Ibrahim din
Mahdum, yang kedua bernama Al-Malik Al Shaleh dan yang terakhir bernama
Al-Malik Sabar Syah (tahun 1444 M/abad ke 15 H).[13] Namun
adapula yang mendeskripsikan bahwa kerajaan islam pertama di Indonesia adalah
Kerajaan Perlak, tetapi tidak banyak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung
fakta sejarah ini, meskipun hal ini dikuatkan oleh Yusuf Abdulloh Puar dengan
mengutip pendapat seorang pakar sejarah Dr. N. A. Baloch dalam bukunya Advend of islam in Indonesia[14].
Jika dilihat dari awal kedatangan islam ke Indonesia pada abad ke 7, hal
ini mendeskripsikan bahwa islam hadir di Indonesia bukan untuk merebut
kekuasaan untuk membodohi, bukan didorong oleh pikiran-pikiran yang ingin
menjatuhkan namun islam hadir dengan damai, perlahan namun pasti untuk
menentramkan.
Pada tahun 1345 M Ibnu
Batutah dari Maroko, mengelilingi dunia dan singgah di kerajaan Pase itu,
dimana rajanya sangat alim dalam ilmu agama dan mazhab Syafi’i, mengadakan
pengajian sampai waktu Asar serta fasih berbahasa Arab. Cara hidupnya
sederhana.
Dari keterangan Ibnu
Batutah tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem pendidikan yang berlaku
di zaman kerajaan Pase sebagai berikut :
a.
Materi
dan pengajaran agama bidang syariat ialah fiqh Mazhab Syafi’i.
b.
Sistem
pendidikannya secara informal berupa majlis ta’lim dan holaqoh.
c.
Tokoh
pemerintahan merangkap sebagai tokoh ulama.
d.
Biaya
pendidikan agama bersumber dari negara.
Kerajaan islam kedua di
Indonesia adalah Perlak di Aceh. Rajanya yang pertama Sultan Alaudin (th
1161-1186 H/ abad 12 M). Antara Pase dengan Perlak terjalin kerjasama yang baik
sehingga seorang raja Pase kawin dengan putri Raja Perlak. Marcopolo warga
Italia pernah berkeliling dunia, pernah singgah di Perlak pada tahun 1292 M. Ia
melaporkan bahwa ibu kota Perlak ramai dikumjungi pedagang islam dari Timur
Tengah, Persia dan India. Rajanya yang ke 6 bernama Sultan Mahdum Alaudin
Muhamma Amin salah satu ulana yang mendirikan suatu Perguruan Tinggi Islam. Diperlak
ini terdapat suatu lembaga penndidikan
lainnya berupa majlis ta’lim tinggi yang
dihadiri boleh para murid yang telah alim dan mendalami ilmunya. Dari kerajaan
Pase dan Perlak ini, islam mulai berkembang dan disebarkan ke Malaka, Sumatera
Barat dan Jawa Timur.
Awal datangnya islam ke
Malaka dimulai dari seorang raja Malaka yang bernama Pramasywara yang diambil
meenjadi menantu oleh raja Pase. Sehingga ia menjadi raja Malaka pertama yang
memeluk agama Islam. Oleh karena raja sebagai kepercayaan rakyat Malaka ini
memeluk islam maka berbondong-bondonglah rakyatnya mengikuti jejak sang raja.
Dari Malaka itu, Islam
akhirnya tersebar hingga tiba di Jawa yang disebarkan oleh mubaligh dari Aceh
dan Malaka. Islam untuk pertama kali masuk di Jawa pada abad ke 14 (tahun 1399
M) dibawa oleh Maulana Malik Ibrahin dengan keponakannya bernama Mahdum Ishaq
yang menetap digresik. Data sejarah lainnya menyebutkan islam masuk ke Jawa
pada abad ke-11, dengan ditemukannyamakan Fatimah bintiMaemumdi Lereng Gresik
yang nerangkat tahun 475H/1082M. Pada saat itu kerajaan yang berkuasa di Jawa
adalah kerajaan Majapahit, Rajanya yang bernama Sri Kertabumi memiliki seorang
istri yang islam bernama Putri Cempa. Dari keduanya itu lahirnya seorang anak
yang diberi nama Raden Patah yang kemudian menjadi raja muslim yang pertama di
Jawa (kerajaan Demak). Kerajaan Demak muncul bukan karena Islam melakukan
kekerasan atau berperang melawan Majapahit. Namun, Majapahit runtuh akibat
lemahnya pemerintahan majapahit kemudian diikuti adany perang saudara setelah
wafatnya Gajah Mada dan Hayam Wuruk. Jadi disini islam hadir dianggap sebagai
cahaya baru yang akan menciptakan kesejahteraan, menghalau segala penderitaan
dan sebagai kekuatan baru di Jawa. Raden Patah bergelar Sultan Alamsyah Akbar,
yang kemudian melanjutkan warisan ayahnya, Sri Kertabumi untuk menyelamatkan
dari kehancuran total akibat perang saudara itu. Kemudian Raden Patah memboyong
Kertabumi ke Demak. Sistem pelaksanaan pendidikan dan pengajaran agamanya
hampir sama dengan di Aceh yaitu dengan mendirikan masjid yang mendirikan
tempayt-tempat yang menjadisentral disuatu daerah.
Tentang Walisongo
Walisongo adalah
orang-oarang yang tingkatan takwanya kepada Allah sangat tinggi, pejuang dakwah
islam dengan keahlian yang berbeda. Ada ilmu tasawufnya, ada seni budayanya,
ada yang memegang pemerintahan dan militer secara langsung yang dimana semuanya
diabdikan untuk pendidikan dan dakwah islam.
Yang
perlu diketahui bahwa Raden Patah menjadi raja adalah atas keputusan para wali.
Pada tahun 1476, Raden Patah mendirikan Pondok Pesantren Gelagah Arum yang
menjadi Kota Bintoro serta mendirikan organisasi dakwah yang bernama Bayangkari
Islam. Diantara kitab peningalan zaman itu ialah usul 6 Bis (Bismillah)
Primbon, Suluk Sunan Bonan, Suluk Sunan Kalijaga dan Wasito Jati Sunan Geseng.
Sebaliknya Raden Patah memberikan bantuan yang besar kepada dakwah islam yang
dilakukan oleh para wali.
Sasaran pendidikan dan dakwah islam meliputi Rakyat umum
dan kalangan pemerntah, karena salah satu tugas dan fungsinya adalah sebagai
penasehat dan pembantu raja. Adapun walisongo itu adalah :
“Maulana Malik Ibrahim ( Maulana Syekh Magribi), Sunan Ampel (Raden Rakhmat), Sunan Bonang (Maulana Ibrahim), Sunan Derajat (Raden Qasim), Sunan Giri ( Raden Paku/Ainul Yaqin), Sunan Kudus (R. Amin Haji/Ja’far Sadiq), Sunan Muria
(R. Prawoto/R. Said),Sunan Kalijaga (R. Syahid), Sunan Gunung Jati (R. Abd. Qadir = Syarif Hidayatulloh =
Falatehah = Fatahillah).
Kerajaan Islam di Maluku
Islam masuk ke Maluku
dibawa oleh Mubaligh dari jawa sejak zaman Sunan Giri dan dari Malaka. Raja
Maluku yang pertama masuk islam ialah sultan Ternate bernama Mahrum pada tahun
1465-1486 M, atas pengaruh Maulana Husain, saudagar dari Jawa. Raja nya yang
terkenal dalam bidang dakwah dan pendidikan adalah Sultan Zainul Abidin, tahun
1486-1500 M. Dua tantangan yang dihadapi dakwah islam di Maluku yaitu yang
datang dari orang-orang yang masih animis dan dari orang Portugis yang
mengkristenkan penduduk Maluku. Sultan Sairun adalah tokoh yang paling keras
melawan orang Portugis dan usaha Kristenisasi di Maluku. Tokoh missi Khatolik
yang pertama di Maluku ialah Fransiscus Zavericus tahun 156 M. Ia berhasil
mengkhatolikkan sebagian penduduk Maluku.
Ketika bangsa Belanda beragama Kristen Protestan mulai pula usaha
memprotestankan penduduk Indonesia pada awal abad ke 17 M ( tahun 1600 M).
Belanda yang beragama kristen Protestan berhasil memprotestankan penduduk
Batak, Manado dan Ambon, sedangkan Portugis yang beragama Kristen Katholik
berhasil mengkhatolikkan penduduk di Nusa Tenggara Timur yang telah mendapat
pengaruh dari Portugis di Timor Timur. Sistem pendidikannya sudah sedemikian
mendapat perhatian yang baik. Hampir disetiap desa diadakan tempat pengajian
Al-Qur’an, yang diajarkan huruf hijaiyah, membaca al-Qur’an, Al-Berjanji, pokok
dan dasar-dasar ilmu agama islam dsb yang dipimpin oleh guru dengan gelar
Modin.
Kerajaan di Kalimantan
Islam mulai masuk ke Kalimantan pada abad ke 15 M secara
damai, dibawa oleh mubaligh dari Jawa. Sunan Bonang dan Sunan Giri mempunyai santri-santri dari Kalimantan, Sulawesi
dan Maluku. Ketika berumur 23 tahun, sunan Giri pergi ke Kalimantan bersama
saudagar Kamboja bernama Abu Hurairah. Gubahan Sunan Giri bernama Kalam muyang
dan gubahan sunan Bonang bernama Sumur Serumbung menjadi buah mulut di
Kalimantan. Mubaligh lainnya dari Jawa adalah Sayid Ngabdul Rahman alias Khatib
Daiyan dari Kediri.
Perkembangan islam mulai mantap setelah berdirinya
kerajaan islam di Bandar masih dibawah pimpinan Sultan Suriansyah tahun 1540 M
bergelar Pangeran Samudera dan di bantu oleh Patih Masih.
Pada tahun 1710 di Kalimantan terdapat seorang ulama
besar bernama Syekh Arsyad Al-Banjari dari desa Kalampayan yang terkenal
sebagai pendidik dan mubaligh besar. Pengaruhnya meliputi seluruh Kalimantan
(Selatan, Timur dan Barat). Ia menulis kitab-kitab agama, diantaranya yang
terkenal : Sabilul Muhtadin (dipelajari
daihampir seluruh Indonesia sampai disampai Barat, Aceh), Syarah Fathul Jawad, Tuhfatur
Ragibin (terkenal di Sumatera Utara dan Aceh), Ushuluddin, Tasawuf, Al-Nikah
dan Al-Faraid.
Sistem pengajaran di
pesantren Kalimantan sama dengan sistem pengajian kitab di pondok pesantren
diJawa, terutama cara-cara menerjemahkannya kedalam bahasa daerah. Salah
seorang tokoh islam yang masuk di Kalimantan Barat ialahSyarif Abdurrahman
Al-Kadri dari Hadramaut pada tahun 1735 M dan kawin dengan putra Dayak yang
akhirnya mewarisi kerajaan di Kalimantan Barat Pontianak.
Salah satu pejuang islam
pejuang Islam lain dari kalimantan Selatan adalah Pangeran Antasari lahir pada
tahun 1790 M -1862 M, cucu dari Pangeran Amir, putra Sultan Tahmidillah I.
Pangeran Antasari melawan belanda untuk membela agama islam dan tanah air. Ia
diberi gelar oleh rakyat sebagai khalifah Amirul Mukminin.
Kerajaan Islam di Sulawesi
Kerajaan
yang mula-mula berdasarkan Islam adalah kerajaan Gowa Tallo tahun 1605 M.
Rajanya bernama I. Malingkaang Daeng Manyonri yang kemudian berganti nama
dengan Sultan Abdullah Aluddin. Dalam waktu dua tahun rakyatnya telah memeluk
islam semua. Mubaligh islam yang berjasa disana adalah Abdul Qodir Khatib
Tunggal gelar Dato Ri Bandang berasal dari Minangkabau, murid Sunan Giri.
Di
antara ulama besar kelahiran Sulawesi sendiri ialah Syekh Maulana Yusuf yang
belajar di Makkah pada tahun 1644 M. Ia pulang ke Indonesia dan menetap di
Banten.
Dari
Sulawesi Selatan, agama Islam mengembang ke Sulawesi Tengah dan Utara. Islam
masuk daerah Manado pada zaman Sultan Hasanuddin, ke daerah Bolaang Mangondow
di Sulawesi Utara pada tahun 1560 M, ke Gorontalo tahun 1612 M. Buku-buku
Gorontalo ditulis dengan huruf Arab.
Agama
islam yang telah kuat di Sulawesi Selatan itu menjalar masuk di Kepulauan Nusa
Tenggara, yaitu ke Bima (Sumbawa) dan Lombok, dibawa oleh pedagang-pedagang
Bugis. Sumbawa dikuasai kerajaan Gowa pada tahun 1616 M.
2.
Saluran dan Cara-Cara Islamisasi di Indonesia[15]
Menurut Uka
Tjandrasasmita, saluran islamisasi yang berkembang ada enam, yaitu :
a.
Saluran
Perdagangan
Pada awal permulaan
islamisasi dilalui melalui perdagangan yang terjadi pada abad ke-7 hingga ke-16
M. Membuat pedagang-pedagang Muslim turut ambil bagian dalam pedagangan. Raja
dan bangsawan pun turut serta dalam kegiatan perdagangan itu.
b.
Saluran
Perkawinan
Dari sudut ekonomi, para
pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik dari pada kebanyakan
pribumi, sehingga penduduk pribumi terutama putri-putri bangsawan tertarik
untuk menjadi istri saudagar-saudagar itu. Maka dari sanalah akan dihasilkan
keturunan-keturunan musli. Lebih menguntungkan lagi jika yang dinikahi adalah
putri/anak raja, karena Raja itu akan membantu mempercepat penyebaran islam
didaerahnya.
c.
Saluran
Tasawuf
Pengajar-pengajar
tasawuf atau para sufi, mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran yang
sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia.
d.
Saluran
Pendidikan
Islamisasi
juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang
diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai, dan ulama-ulama.
e.
Saluran
Kesenian
Saluran kesenian yang
paling terkenal yaitu pertunjukan wayang. Adapun saluran lain seperti sastra
(hikayat, badad, dan sebaginya), seni bangunan dan seni ukir.
f.
Saluran
Politik
Dimaluku dan di Sulawesi
selatan, politik yang digunakan yaitu politik raja islam. Maksudnya ketika
rajanya islam maka rakyatnya akan mengikuti islam.
Adapun periodesasi
masuknya pendakwah islam dibagi kedalam tiga gelombang, yaitu :
a.
Gelombang Pertama, yaitu
diperkirakan pada akhir abad ke-1/7 M.
Rombongan ini berasal dari Bashrah, kota pelabuhan di Irak yaitu katika kaum
Syi’ah dikejar-kejar oleh Bani Umayah yang sedang berkusa saat itu. Mereka
adalah kelompok yang dipimpin Makhada Khalifah.
b.
Gelombang keda, yaitu diperkirakan pada abad ke-6 H/13 M, dibawah Sayyid
Jamaluddin Al-Akbar Al-Husaini yang anak cucu-Nya lebih dari 17 orang tiba di
Gresik, pulau Jawa. Pendakwah lainnya seperti Maulana Malik Ibrohim, Maulana
Malik Ishak, Raden Rahmat, atau Sunan Ampel, dan sebagainya.
c.
Gelombang ketiga, yaitu
diperkirakan pada abad ke-19 H/ 16 M, yang dipimpin ulama Arab dan Tarim,
Hadramaut. Mereka berjumlah lebih dari 45 orang dan datang kelompok berkisar 2,
3, atau 5 orang. Mereka mangajar dan menetap di Aceh, Riau, Sadang, Kalimantan
Barat dan Selatan, sulawesi Tengah dan
Utara, Ternate, Bali, Sumba, Timor dan lain-lain.[16]
Keberhasilan
islam menembus dan mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia serta menjadikan
dirinya sebagai agama utama bangsa ini merupakan prestasi luar biasa.
Kedatangan islam di Indonesia ikut mencerdaskan rakyat dan membina karakter
bangsa. Karakter tersebut dapat dibuktikan pada perlawanan rakyat melawan
penjajah bangsa asing dan daya tahannya mempertahankan karakter tersebut selama
dalam penjajahan Barat dalam waktu 350 tahun.
Mengenai kedatangan Islam ini terdapat
diskusi dan perdebatan yang
panjang diantara ahli sejarah, mengenai tiga masalah pokok yakni tempat asal
kedatangan islam, para pembawanya, dan waktu kedatangannya. Hal itu disebabkan
karena tidak hanya kekurangan data yang dapat
mendukung teori tertentu,tetapi juga karenasifat sepihak darin berbagai
teori yang ada. Sehingga teori yang ada dalam
segi – segi tertentu gagal menjelaskan kedatangan islam, konversi agama
yang terjadi, dan proses islamisai yang terlihat didalamnya.
D.
PEMBENTUKAN
LEMBAGA-LEMBAGA PENDIDIKAN PADA MASA AWAL
Tujuan pendidikan pada umumnya adalah agar para peserta
didik menjadi agama yang taat, mampu membela diri dan memebela negara.[17]
Pada awal berkembangnya agama islam di Indonesia, pendidikan islam dilaksanakan
secara informal, misalnya dibawa oleh pedagang-pedagang muslim. Proses ini
berlanjut terus dan hubungan antara para penganjur agama dengan anak negeri
semakin erat sehingga memungkinkan terbentuknya jalinan persaudaraan, dimulai
dari terbentuknya lembaga pendidikan dalam keluarga dari perkawinan dimasa
awal, hingga adanya lembaga pendidikan formal. Memang dalam permulaan
pendidikan disurau atau langgar atau dimasjid masih sangat sederhana. Modal
pokok yang mereka miliki hanya semangat menyiarkan agama bagi yang telah
memiliki ilmu agama dan semangat menuntut ilmu bagi anak-anak. Yang penting
bagi gurunya adalah dapat memberikan ilmunya kepada siapa saja, terutama
anak-anak.
Dipusat-pusat pendidikan seperti ini, disurau, langgar,
masjid atau bahkan diserambi-serambi rumah sang guru, berkumpul sejumlah murid,
besar kecil, duduk dilantai, menghadapi sang guru, belajar menjgaji. Maktu
mengajar biasanya diberikan pada waktu petang atau malam hari, sebab pada waktu
siangnya anak-anak maupun bagi sang guru agama. itulah sebabnya pelajaran agama
mendapat dukungan dari orang tua dan guru malahan dari seluruh masyarakat
kampung atau desa. Tempat-tempat pendidikan seperti inilah yang menjadi embrio
terbentuknya sistem pendidikan pondok pesantren dan pendidikan islam yang
formal yang berbentuk madrasah atau sekolah yangberdasar keagamaan.[18]
Jadi pada awalnya dapat diketahui bahwa lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia
tidak semodern saat ini. Hanya bermula dari semangat orang-orang berilmu untuk
menyampaikan ilmunya kepada siapa saja yang semangat menerima ilmu. Hal itu
menunjukkan bahwa dari sejarah peradaban manusia itu begitu banyak upaya untuk
mewariskan pengetahuan dan keterampilan kepada generasi berikutnya.[19]
1.
Lembaga Pendidikan Islam
Lembaga pendidikan islam
adalah wadah atau tempat berlangsungnya proses pendidikan islam yang bersamaan
denagn psoses pembudayaan. Proses tersebut dimulai dari lingkungan keluarga.
Dalam islam keluarga senagai lembaga pendidikan islam yang pertama dan utama.[20]
Dalam Islam, keluarga dikenal dengan istilah usrah, nasl, dan nasb. Keluarga
dapat diperoleh melalui keturunan (anak-cucu), perkawinan suami
isteri,persusuan dan pemerdekaan kepentingan dan keutamaan keluarga sebagai
lembaga pendidikan islam, di isyaratkan dalam al_Qur’an, sebagaimana juga
dipraktekkan dalam sunah Nabi Muhammad SAW.[21]
Pada surat At-Tahrim
ayat 6, dengan gambalang Allah memerintahkan kepada kita untuk menjaga dan
memelihara diri dan keluarga dari kesengsaraan api neraka. Pada ayat lainpun,
Nabi Muhammad diperintahkan untuk memberikan peringatan dan dakwah islam kepada
kaum keluarga terlebih bahulu. Tertera dalam surat asy-Syura ayat 214.
“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang
terdekat.”
Hal inipun telah
dipraktekkan oleh Nabi Muhammad dalam sunnahnya. Dilihat dari orang-orang yang
lebih dulu masuk islam adalah kerabatnya, yaituKhodijah (istrinya), Ali bin Abi
Thalib (kemenakan dan sekaligus anak asuhnya), dan Zaid bin Haritsah (pembantu
rumah tangga).
Dari banyaknya lembaga-lembaga pendidikan yang ada,
lembaga perkawinan dan keluarga memegang peranan sangat penting dalam proses
pendidikan islam. Sejak mulai masuk dan berkembangnya islam di Indonesia, baik
dalam arti pengislaman, maupun pemasukan nilai-nilai dan norma budaya islam
kedalam lingkungan masyarakat, jauh sebelum terbentuknya kerajaan, proses
pembentukan komunikasi-komunikasi islam tersebut berlangsnung melalui kontak
dagang dan perkawinan antara mubaligh-mubaligh Islam, yang sekaligus pada
umumnya juga merupakan pedagang-pedagang, dengan penduduk setempat.[22] Bisa ditelaah bahwa
dengan adanya keluarga maka tentu akan trjadi suatu pendidikan yang melahirkan
generasi-generasi islam yang tentu berpengaruh kepada pengislaman.
2.
Prinsip-Prinsip dan Tanggung Jawab Lembaga Pendidikan
Islam
Adapun prinsip dan tanggung jawab lembaga pendidikan
islam yaitu :
1.
Prinsip
pembebasan manusia dari ancaman kesesatan yang membawa manusia kepada api neraka (QS. At-Tahrim : 6)
2.
Prinsip
pembinaan umat manusia menjadi hamba-hamba Alla yang memiliki keselarasan dan
keseimbangan hidup bahagia didunia dan di akherat, sebagai realisasi cita-cita
bagi orang yang beriman dan bertakwa, yang senaniasa memanjatkan doa
sehari-hari. (QS. Al-Qhasas:7)
3.
Prinsip
antar amar ma’ruf dan nahi munkar serta membebaskan manusia dari
belenggu-belenggu kenistaa.
4.
Prinsip
pengembangan daya pikir, daya nalar, daya rasa sehingga dapat menciptakan anak
didik yang kreatif dan dapat memfungsikan daya cipta rasa dan karsanya.
5.
Prinsip
pembentukan prinsip manusia yang memancarkan sinar keimanan yang kaya dengan
ilmu pengetahuan yang satu sama lain saling mengembangkan hidupnya untuk
mengembangkan dirinya pada sang Pencipta.
3.
Yang Berkewajiban Menyelenggarakan Lembaga Pendidikan
Menurut Sidi Gazalba,
yang berkewajiban menyelenggarakan lembaga pendidikan adalah :
1.
Rumah
Tangga, yaitu pendidikan primer untuk fase bayi, kanak-kanak sampai usia
sekolah. Pendidiknya adalah orang tua, sanak kerabat, family, saudara-saudara,
teman sepermainan, dan kenalan pergaulan.
2.
Sekolah,
yaitu pendidikan sekunder yang mendidik anak mulai dari usia masuk sekolah
sampai ia keluar sekolah. Pendidiknya adalah guru.
3.
Kesatuan
sosial, y aitu pendidikan tersier yang merupakan pendidikan terakhir tetapi
bersifat permanen. Pendidiknya adalah kebudayaan, adat istiadat, suasana
masyarakat setempat.[23]
Sedang
Ki Hajar Dewantara justru memfokuskan penyelenggaraan pendidikan dengan
Tricentra yang merupakan tempat pergaulan anak didik dan sebagai pusat
pendidikan yang amat penting baginya. Tricentra tersebut ialah :
1.
Alam
keluarga yang membentuk lembaga pendidikan keluarga.
2.
Alam
perguruan yang membentuk lembaga pendidikan sekolah.
3.
Alam
pemuda yang membentuk lembaga pendidikan masyarakat.
4.
Jenis-Jenis Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia
Sejak zaman sebelum kemerdekaan
Indonesia sampai sekarang banyak terdapat pendidikan islam yang memegang
peranan sangat penting dalam rangka penyebaran agama islam di Indonesia,
disamping peranannya yang cukup menentukan dalam membangkitkan sikap
patriotisme dan nasionalisme sebagai modal mencapai kemerdekaan Indonesia serta
menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional. Pendidikan Islam mulai
bersemi dan berkembang pada awal ke 20 Masehi dengan berdirinya Madrasah
Islamiyah yang bersifat formal. Dilihat
dari bentuk dan sifatnya lembaga pendidikan islam tersebut ada yang bersifat
non formal dan formal.[24]setelah
Indonesia merdeka dan mempunyai Departemen agama, maka secara instansional
Departemen agama diserahi kewajiban dan tenggung jawab terhadap pembinaan dan
pengembangan pendidikan agama dalam
lembaga-lembaga tersebut.
5.
Tokoh – Tokoh Pendidikan Islam di Indonesia
Adapun tokoh-tokohnya
antara lain ada Kiyai Haji Ahmad Dahlan (1869-1923), Kyai Haji Asy’ari
(1871-1947), KH Abdul Halim (1887-1962) dan lain-lain.
Adakalanya kelembagaan
dalam masyarakat secara eksplisit membuktikan bahwa kuatnya tanggung jawab
kultural dan edukatif masyarakat muslim dalam mempraktikan ajaran Islam. Berapa
lembaga pendidikan yang sudah ada sejak zaman nabi Muhammad adalah sebagai berikut
:
a. Kuttab.
b. Masjid.
c. Majelis
Muhadharah.
d. Maktabah
(Perpustakaan).
e. Madrasah.
6. Sekolah untuk Anak Indonesia Sebelum Reorganisasi 1892
Kita ketahui bahwa untuk pertama
kali diberikan uang 25.000 pada tahun 1846 untuk pendidikan anak Indonesia di Jawa terutama untuk melatih pegawai
pemerintah. Pada tahun 1854 Gubernur jenderal di instruksikan meluaskan
pendidikan bagi pribumi, akan tetapi sadar akan konsekuensi finansialnya
pendidikan hanya dibatasi pada anak-anak priyayi. Sekolah rendah sebelum 1892
tidak mempunyai kurikulum yang uniformm, walaupun dalam peraturan 1871 ada
peraturan yang menentukan kegiatan sekolah. Ada empat mata pelajaran yang
diharuskan , yakni membaca, menulis, bahasa (bahasa daerah/Melayu), dan
berhitung. Agama tidak diajarkan, seperti halnya dinegeri Belanda pada masa
Liberal. Statuta 1874 menyatakan semua pengajaran agama dilatang disekolah
pemerintah, akan tetapi ruang kelas dapat digunakan untuk kepentingan itu
diluar jam pelajaran.
Pada umumnya gedung sekolah
diseluruh Indonesia tidak serasi, terlampau kecil, kurang penerangan dan
fentelasi, lembab dan sering pula bocor. Perabot sekolah terdiri atas bangku
terdiri atas bangku, papan tulis, lemari, meja, dan kursi. Buku-buku disediakan
oleh Depot Alat Pengajaran yang didirikan pada tahun 1878. Yang dimana semua
buku dikarang oleh orang-orang Belanda. Suatu buku yang ditentukan adalah Kitab Edja dan Batja oleh F.
A. Luitjes (terbitan pertama tahun 1891), terdiri atas 23 halaman.
Pendidikan guru menjadi masalah penting dalam perluasan pendidikan. Sekolah
guru pertama kali dibuka pada 1852 di Solo. Namun, karena kebutuhan guru yang
mendesak tahun pada 1863 lama kelamaan pemerintah memutuskan pada tahun 1892
akan mengangkat guru tanpa pendidikan guru. Sehingga pada tahun 1875 diadakan
ujian bagi mereka yang ingin mendapatkan kualifikasi sebagai guru. Sejak tahun
1826 juga telah dilakukan inspeksi. Adapun peneriman siswanya dilakukan menurut
beberapa hal sesuai dengan tujuan sekolah tersebut. diantaranya penerimaan
murid menurut jenis kelamin, kebangsaan, dan menurut kedudukan sosial.
Sekolah rendah sebelum 1892
diizinkan memperluas programnya sehingga mendekati rencana pelajaran sekolah
guru, kecuali ilmu mendidik. Sekolah rendah yang semula dimaksud untuk
pendidikan anak kaum priyai kemudian kebanyakan dimasuki oleh anak-anak
golongan rendah. Krisis ekonomi pada akhir abad 19 memaksa Belanda untuk
mengadakan diferensiasi dalam pendidikan anak-anak golongan atas dan golongan
rendah. Yaitu sekolah kelas satu dan sekolah kelas dua.
Dari uraian-uaraian
diatas dapat disimpulkan bahwa lembaga-lembaga pendidikan khususnya
lembaga-lembaga pendidikan islam merupakan modal dasar dalam menyusun
pendidikan nasional indonesia. Karena dari sanalah tercipta generasi muda yang
beragama dan berjiwa kebangsaan untuk memajukan negeri mulai dari abad awal,
abad sebelum kemerdekaan hingga saat ini.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Masuknya islam di Indonesia dilalui
dengan berbagai macam cara mulai dari perdagangan, pernikahan, persaudaraan,
dll. Yang pada dasarnya Islam tersebar dengan cara yang damai tanpa kekerasan.
2.
Lembaga-lembaga pendidikan pada
mulanya dimulai dari berkumpulnya orang-orang yang ingin menyampaikan ilmu
kepada orang yang membutuhkan ilmu, ditempat-tempat sederhana, bahkan diteras
pengajarnya, dimushola/langgar hingga lambat laun terbentuklah pesantren,
madrasah dan lembaga pendidikan lain.
3.
Pembentukan lembaga-lembaga pendidikan
itu berfungsi sebagai wadah untuk berkumpulnya orang-orang untuk memperdalam
mempelajari ilmu-ilmu dari orang yang berilmu.
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin,
Umiarso, dkk., 2011. Dikotomi Pendidikan Islam, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Hasbulloh, 2001. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada, cet ke-25
Irianto, Bahtiar
Yoyon, 2012. Kebijakan Pembaruan
Pendidikan, Jakarta : Rajawali Pers, cet ke-2
Nata, Abuddin, 2012. Sejarah Pendidikan Islam,Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, cet
ke-3
Nata, Abuddin, 2012. Metodologi Studi Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, cet
ke-19
Nasution, S., 1983. Sejarah Pendidikan Indonesia Edisi 2, Bandung : Bumi Aksara, cet
ke-4
Putra,
Haidar, 2009. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di
Indonesia, Jakarta: Kencana
Rukiati, K.
Enung dan Hikmawati, Fenti, 2006. Sejarah
Pendidikan Islam Di Indonesia, Bandung : Pustaka Setia
Supriyadi, Dedi, 2008. Sejarah Peradaban Islam, Bandung : Pustaka Setia
Wahyudin, Dinn
dkk.,2008, Pengantar Pendidikan, Jakarta
: Universitas Terbuka, cet ke-4
Yatim, Badri,
2014. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta
: PT Raja Grafindo Persada
Zuhairin, dkk,
1986. Sejarah Pendidikan Islam,
Jakarta : Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam
Zuhairini, dkk., 1992. Sejarah Pendidikan Islam edisi 1, Jakarta : PT. Bumi Aksara, cet
ke-3
[1] Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam,Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, hlm 29
[2] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, hlm 97
[3] Zuhairini, dkk., Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : PT.
Bumi Aksara, hlm 7
[4]Ibid, hlm 12
[5] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung :
Pustaka Setia, hlm 192
[6] Haidar
Putra, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia
Jakarta: Kencana, hlm. 20-21
[7] Enung K Rukiati dan Fenti
Hikmawati, Sejarah Pendidikan Islam Di
Indonesia, Bandung : Pustaka Setia, 2006, hlm22.
[8] Zuhairin, dkk, Sejarah
Pendidikan Islam, (Jakarta : Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama
Islam,1986),hlm132
[9] Hasbulloh, Sejarah
Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta
: PT. Raja Grafindo Persada 2001), hlm. 5
[10] Zuhairini, dkk., Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : PT.
Bumi Aksara, hlm 130
[11] Zuhairin, dkk, Sejarah
Pendidikan Islam, (Jakarta : Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama
Islam,1986),hlm 213
[12] Opcit, hlm 131
[13] Ibid, hlm 135
[14] Opcit,hlm 30.
[15] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, hlm 201
[16] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung :
Pustaka Setia, hlm 192
[17] Dinn Wahyudin, dkk, Pengantar Pendidikan, Jakarta :
Universitas Terbuka, hlm 54
[18] Zuhairin, dkk, Sejarah
Pendidikan Islam, (Jakarta : Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama
Islam,1986),hlm215
[19] Yoyon Bahtiar Irianto, Kebijakan Pembaruan Pendidikan, Jakarta
: Rajawali Pers, hlm 1
[20]Enung K Rukiati dan Fenti
Hikmawati, Sejarah Pendidikan Islam Di
Indonesia, Bandung : Pustaka Setia, 2006, hlm98.
[21]Hasbulloh, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada 2001), hlm 127.
[22] Ibid, 128
[23]Enung K Rukiati dan Fenti
Hikmawati, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia,
Bandung : Pustaka Setinasional.a, 2006, hlm 100.
[24]Zuhairin, dkk, Sejarah Pendidikan
Islam, (Jakarta : Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama
Islam,1986),hlm 194
[25]Baharuddin, Umiarso, dkk. Dikotomi
Pendidikan Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 209-210.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar